Senin, 07 September 2015

Tuhan saya MUAK

Kemana angin ketika panas, kemana angin bertiup ketika segersang ini, kemana angin hendak pergi padahal disini ada sakit, kemana angin melayang padahal disini ada raga yg menanti untuk ikut terbang, kemana angin berhembus saat hati butuh kesejukan. Beritahu saya, kemana angin, saya telah muak pada sandiwara mereka. kembali mengingat perjalanan waktu, 12 tahun berjuang keras untuk dapat berada di tempat sekarang ini, dan mereka seenaknya menertawakan. Apa hak kalian, apa salah saya, bertingkah bodoh, tertawa bodoh, semua sandiwara itu, sekarang saya mulai lelah. Biarkan saya pergi, biarkan saya tertidur di senja ini. Sudah terlalu sabar, sudah terlalu sulit untuk membuat mereka orangtua saya untuk bahagia. Saya benar-benar muak Tuhan !!! Terlalu menyakitkan ketika orang hanya mampu menertawakan. Apa yg salah dari menghibur, apa yg salah dari membuat orang tertawa. Apa yang salah Tuhan, saya benar-benar muak. Jika membunuh orang atau membunuh diri sendiri adalah sebuah jalan untuk mencapai kepuasan, biarkan saya melakukannya, membunuh mulut mereka, membunuh hinaan mereka, membunuh diri sendiri agar mereka segera puas tertawa. Apa salah saya Tuhan, apa  karena kemiskinan sehingga mereka bisa semurah itu tertawa dan mencaci. Saya tidak ingin membenci, saya tidak ingin  menyakiti tapi saya MUAK Tuhan.
Kemana angin senja ini, kemana ia bertiup. Kemana sahabat saya, kemana mereka. Bukan Dia dan Dia. Apa yg terjadi mengapa mereka ikut tertawa. Mengapa mereka ikut menghina. Mengapa Tuhan, jangan mereka. Saya butuh mereka. Ayah ini salah mu terlalu cepat pergi hingga melupakan saya. Ini salah mu, mengapa tidak mengajari saya menjadi wanita tangguh. Ini salah mu ayah sehingga saya hanya bisa jadi bahan tertawaan. Tuhan saya Muak.
Kemana angin di siang ini, saya lelah. apa yg salah Tuhan. Mengapa takdir begitu menusuk. Tuhan saya lelah. Izinkan untuk tertidur  hingga segalanya hilang dalam kegelapan.
Kemana angin, mengapa hanya debu yg ada. Menyesakkan dada saja. Tuhan saya Muak.

Sabtu, 05 September 2015

Kita kembali bersua dalam dekapan kesedihan, yahh kau dan aku kembali berduka. Ohh salah mungkin aku saja yg terlalu berduka.  Begitu mudah mengakhirinya, entah apa yang membuatku tersenyum bodoh ketika mengingatnya. Rasanya begitu lucu hubungan ini, setahun berjuang menunggu dan akhirnya hanya kata "terserah" yg membuatku menangis didepan orang-orang. Dan jika mengingatnya, ini adalah permainan luar biasa hebat. Setahun memperjuankan mu dan hanya kalimat sesingkat itu yg membuatku berduka lagi mungkin setelah kematian ayah. Siapa yg sekarang bergurau Kau atau Tuhan, mengapa setiap kebahagiaan terlalu cepat berlalu. Kadang ada rasa lelah, lelah bersandiwara, lelqh bertingkah bodoh, lelah berpura-pura tertawa keras. Kemana hilangnya, kemana perginya janji itu. Jangan tersenyum lagi, jangan tertawakan saya.  menghilanglah hingga aku tak mampu melihat dan memikirkan mu lagi. Pergilah kau berhak memiliki wanita terbaik untuk hidup mu.  Hanya saja kenyataan ini tidak dapat aku terimah. Tetapi usaha bahagia akan saya tunjukkan. berjalan kembali, menata hidup yg sudah begitu kusut. BISMILLAH