Rabu, 18 November 2015

Dia, harapan, kecewa dan keikhlasan

Kembali menulis tentang secerca kenangan tentang mu, sekiranya ini untuk mengenang mu disuatu masa,dimasa depan di dunia baruku nantinya. Untuk sekedar mengingatkan bahwa dimasa kemarin, tepat dibulan november, ada kisah, ada sebuah perjuangan yang harus dihentikan. Ini bukan tentang rasa bosan, bukan karena penghianatan bukan tentang sakit hati. Mungkin tepatnya "mengikhlaskan".
Awal mengenalmu, semua merubah pandanganku tentang rasa. tentang tidak ada rasa yang akan terbagi kepada oranglain selain kepadanya hingga akhirnya ketika bertemu dengannya. dia benar-benar sosok luar biasa. Pertemuan dengannya berawal dari kegiatan kemanusiaan. Sedikit bercerita tentang diri saya dan kegiatan saya yang akhirnya menjadi wadah pertemuan kami selanjutnya. Saya adalah salah satu anggota dari sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa Unhas yaitu SAR yang bergelut dalam kegiatan kemanusiaan. Siang itu sekitar pukul 11.00 wita, saya sedang berdiskusi dengan teman saya tentang perencanaan pemasangan papan peringatan di danau tanralili yang sedang padatnya didatangi para penikmat alam. Tiba-tiba pintu berbunyi, terdengar suara ketukan dan ucapan salam. Saya lalu berlari membukanya, ketika membuka didepan saya telah berdiri seorang lelaki yang mungkin umurnya tidak jauh beda dengan saya. Ia tinggi, putih, berpakaian kemeja hitam-putih, dengan celana jeans biru, ia masuk, kemudian saya pun menyambutnya, mempersilahkan duduk lalu mengajaknya mebgobrol tentang tujuannya hingga sampai di posko SAR.rupanya ia sedang mencari relawan pendonor darah O untuk keluarganya.  saya dan dua senior mengatakan siap untuk mendonor darah.  kami kemudian berangkat, dia kemudian menawarkan diri untuk membonceng saya ke UTD pusat. Di atas motor, kami mengobrol, seputar perkuliahan hingga tiba di UTD. Saya, dia dan dua senior saya memasuki ruangan UTD. Dia mempersilahkan kami duduk untuk menunggu petugas UTD, dia lalu pergi berbicara kepada perawat untuk segera mengambil darah kami. Rupanya kebutuhan darah untuk keluarganya sudah terpenuhi siang itu. Perawat mengatakan bahwa kami siaga saja untuk mendonor jika tiba-tiba pasien membutuhkan darah. Saya dan dua senior mengatakan siap saja kapanpun dibutuhkan. Dengan wajah lesu dia mengantar saya kembali ke kampus. di jalan kami masih saja saling bertanya tentang kuliah. Dia kuliah disalah satu Universitas swasta, mengambil konsentrasi teknik pertambangan dan sementara menyusun tugas akhir. sesampai dikampus Ia pun pamit. Dan hanya kata "hati-hati, mewakili  kalimat "saya senang bertemu anda, semoga kita masih dapat berjumpa dilqin waktu". Saya kemudian kembali ke posko SAR-UH melakukan aktivitas yang belum selesai. Pukul 15.20 perencanaan kegiatan ke danau tanralili selesai, saya pun bergegas meninggalkan posko SAR-UH, berpindah ke himpunan Arkeologi, didalam saya menduduki jabatan pengurus sebagai anggota dari Departemen penelitian dan kegiatan lapangan. Semester ini memang cukup padat. selalu saja ada kegiatan setiap harinya entah rapat, diskusi dll. tidak terasa

Senin, 07 September 2015

Tuhan saya MUAK

Kemana angin ketika panas, kemana angin bertiup ketika segersang ini, kemana angin hendak pergi padahal disini ada sakit, kemana angin melayang padahal disini ada raga yg menanti untuk ikut terbang, kemana angin berhembus saat hati butuh kesejukan. Beritahu saya, kemana angin, saya telah muak pada sandiwara mereka. kembali mengingat perjalanan waktu, 12 tahun berjuang keras untuk dapat berada di tempat sekarang ini, dan mereka seenaknya menertawakan. Apa hak kalian, apa salah saya, bertingkah bodoh, tertawa bodoh, semua sandiwara itu, sekarang saya mulai lelah. Biarkan saya pergi, biarkan saya tertidur di senja ini. Sudah terlalu sabar, sudah terlalu sulit untuk membuat mereka orangtua saya untuk bahagia. Saya benar-benar muak Tuhan !!! Terlalu menyakitkan ketika orang hanya mampu menertawakan. Apa yg salah dari menghibur, apa yg salah dari membuat orang tertawa. Apa yang salah Tuhan, saya benar-benar muak. Jika membunuh orang atau membunuh diri sendiri adalah sebuah jalan untuk mencapai kepuasan, biarkan saya melakukannya, membunuh mulut mereka, membunuh hinaan mereka, membunuh diri sendiri agar mereka segera puas tertawa. Apa salah saya Tuhan, apa  karena kemiskinan sehingga mereka bisa semurah itu tertawa dan mencaci. Saya tidak ingin membenci, saya tidak ingin  menyakiti tapi saya MUAK Tuhan.
Kemana angin senja ini, kemana ia bertiup. Kemana sahabat saya, kemana mereka. Bukan Dia dan Dia. Apa yg terjadi mengapa mereka ikut tertawa. Mengapa mereka ikut menghina. Mengapa Tuhan, jangan mereka. Saya butuh mereka. Ayah ini salah mu terlalu cepat pergi hingga melupakan saya. Ini salah mu, mengapa tidak mengajari saya menjadi wanita tangguh. Ini salah mu ayah sehingga saya hanya bisa jadi bahan tertawaan. Tuhan saya Muak.
Kemana angin di siang ini, saya lelah. apa yg salah Tuhan. Mengapa takdir begitu menusuk. Tuhan saya lelah. Izinkan untuk tertidur  hingga segalanya hilang dalam kegelapan.
Kemana angin, mengapa hanya debu yg ada. Menyesakkan dada saja. Tuhan saya Muak.

Sabtu, 05 September 2015

Kita kembali bersua dalam dekapan kesedihan, yahh kau dan aku kembali berduka. Ohh salah mungkin aku saja yg terlalu berduka.  Begitu mudah mengakhirinya, entah apa yang membuatku tersenyum bodoh ketika mengingatnya. Rasanya begitu lucu hubungan ini, setahun berjuang menunggu dan akhirnya hanya kata "terserah" yg membuatku menangis didepan orang-orang. Dan jika mengingatnya, ini adalah permainan luar biasa hebat. Setahun memperjuankan mu dan hanya kalimat sesingkat itu yg membuatku berduka lagi mungkin setelah kematian ayah. Siapa yg sekarang bergurau Kau atau Tuhan, mengapa setiap kebahagiaan terlalu cepat berlalu. Kadang ada rasa lelah, lelah bersandiwara, lelqh bertingkah bodoh, lelah berpura-pura tertawa keras. Kemana hilangnya, kemana perginya janji itu. Jangan tersenyum lagi, jangan tertawakan saya.  menghilanglah hingga aku tak mampu melihat dan memikirkan mu lagi. Pergilah kau berhak memiliki wanita terbaik untuk hidup mu.  Hanya saja kenyataan ini tidak dapat aku terimah. Tetapi usaha bahagia akan saya tunjukkan. berjalan kembali, menata hidup yg sudah begitu kusut. BISMILLAH

Senin, 17 Agustus 2015

Angin bertiuplah.

Angin kembali bertiup dibulan ini dengan membawa hawa sesak yang kembali membuatku menangisi hidup. Angin kembali bertiup membawa kebahagiaan pergi jauh. Angin kembali bertiup membawa senyuman ku beranjak meninggalkan ku. Ada rasa lelah yang mulai mendera dan diam-diam airmata mulai mengalir membelah pipi. Hal apalagi ini "Tuhan". Selalu saja ku katakan " buat saya kuat, jangan jadikan wanita terkutuk, buka jalan kebahagianku Tuhan".
Angin kembali bertiup membawa aroma pahit hidup. Angin kembali bertiup tepat di bulan kesedihan. Ayah aku kembali menangisi mu dalam kegelapan hidupku. Ayah kau pasti mengingat tepat dibulan ini juga kau pergi membawa segalanya. Membawa separuh kekuatan mama, membawa separuh kebahagiaan kami, meninggalkan banyak kesengsaraan. tepat 3 tahun kau jauh dan selama itu juga, aku mulai tumbuh menjadi gadis. Maafkan saya. Maaf terlalu sering menangisi mu. Sebab saya tidak terlalu kuat menahan ombak yg terus saja mengikis pertahanan ku. Angin bawalah semuanya, bawalah kebahagiaan ku dan aku takkan pernah marah padamu. Angin bertiuplah sekencang-kencangnya tak apa jika segalanya harus engkau bawa. Tapi berjanjilah jika nantinya kau kembali bertiup di sekitarku, mohon kembalikan semuanya, mohon bawa kebahagian ku kembali. Mohon bertiuplah namun sisakan senyuman jangan kesedihan lagi.
18 agustus '15.

Rabu, 01 April 2015

sedikit cerita




Untukmu yang Dulu Memilih Pergi: Lihatlah, Aku Bahagia Walau Sendiri
Halo, kamu yang dulu memilih pergi. Bagaimana kabarmu hari ini?
Sudah cukup lama kita tak bersua. Sibuk apakah kau akhir-akhir ini? Masihkah bergelut dengan hobimu yang dulu, atau kau sudah punya kesukaan baru?
Bolehkah aku bertanya perihal orangtuamu juga? Sehat-sehat sajakah mereka, seiring dengan bertambahnya usia? Jujur, aku sangat rindu berbincang dengan keduanya. Kubayangkan mereka masih sama hangatnya seperti dulu, saat aku masih sering menyambangi rumahmu.
Dan masihkah orang bertanya mengapa kau dan aku tak pernah lagi terlihat bersama? Masihkah mereka membelalakkan mata, ketika kau menjelaskan perlahan alasannya? Karena terkadang, sampai sekarang, ada saja orang yang bertanya padaku apa kabarmu. Ah, andai kau bisa melihat reaksi mereka saat kukatakan kita sudah tak lagi ada apa-apa.
Sejak kita resmi tak bersama lagi, segala hal tentangmu sebisa mungkin kuhindari. Aku memutus silaturahmi demi cepat memulihkan hati. Namun kini, aku sudah siap menyapamu lagi. Aku ingin berkata bahwa aku baik-baik saja. Kuharap kabarmu pun sama baiknya.


Perpisahan kita adalah kejadian yang tak kusangka-sangka. Jujur, aku sempat tak mau percaya saat kau bilang tak lagi cinta.
kita tumbuh bersama
Kau dan aku bertemu ketika kita masih sama-sama muda dan lugu. Awal kedekatanmu dan aku pun begitu sederhana: ada rasa nyaman saat kita berbicara dan begitu menyenangkan saat kita saling melempar canda. Jiwa kita tumbuh bersama, menyaksikan satu sama lain mendewasa.
Aku sempat begitu percaya pada “kita”. Bagiku, aku dan kamu adalah dua orang yang saling mengimbangi dan melengkapi. Karaktermu yang sedikit cuek kutimpali dengan sifatku yang lebih perhatian. Ketika kau malas pergi ke luar kamar untuk mencari makan, aku tak ragu datang dengan sebungkus nasi Padang di tangan. Ketika kau kehilangan semangat untuk belajar demi ujian, aku menawarkan diri menjadi partner diskusi. Senang rasanya melihatmu tersenyum dan berkata, “Hei, aku dapat A.”
Begitu juga sebaliknya. Sifatku yang mudah gelisah kau redam dengan pribadimu yang tenang. Kau bilang, jangan takut gagal, karena tugasku hanya berusaha sebaik-baiknya. Kau pun berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Dekapanmu yang hangat dan erat membuatku percaya.
Tentu ada saat di mana kita bersilang pendapat. Tapi pernahkah aku terpikir untuk meninggalkanmu karena opini kita tak bertitik temu? Tidak. Bukankah selama ini kita berusaha menyelesaikan segala masalah yang ada secara dewasa?
Lama sekali rasanya sejak pertemuan kita yang terakhir. Sejak pertemuan di mana kau berkata kau tak lagi cinta, bahwa sudah saatnya bagi kita untuk tak lagi bersama.
“Oh,” jawabku. Oh. Aku kehabisan kata-kata.
Sepanjang sisa pertemuan aku berusaha terlihat tenang, tak sudi memperlihatkan air mata. Baru saat kembali ke kamar sendirian aku menangis tanpa jeda. Esok paginya — dan pada beberapa pagi setelahnya — aku bangun dengan bengkak di kedua mata dan nyeri hebat di kepala.
Jangan salahkan aku jika sempat percaya bahwa kau istimewa. Bagaimanapun, kita pernah bahagia.


Aku adalah pihak yang ditinggalkan. Bohong jika kubilang itu tak menyakitkan.
bohong, jika tak sakit rasanya dicampakkan
“Apakah yang selama ini kuberikan padamu tak mencukupi? Kekurangan apa yang kumiliki, sampai orang yang kusayangi memutuskan pergi?”
Pertanyaan itu yang berputar di kepalaku di hari-hari pertama setelah perpisahan kita. Memang akulah pihak yang ditinggalkan di sini. Bohong jika kubilang itu tak membuatku sakit hati.
Kau tak akan pernah tahu apa yang kurasakan; bagaimana aku berusaha bertahan. Mendengar namamu diucapkan saja membuatku harus mengingatkan diri untuk tenang dan mengambil napas dalam-dalam. Melintasi tempat-tempat yang dulu punya makna untuk kita, memegang barang-barang yang pernah menjadikan hidupku lebih berwarna — hubungan yang kita jalani terlalu panjang untuk tak menyisakan memori. Pernahkah kau mengira bahwa aku akan jatuh sedalam ini?
Aku selalu mengagumi karaktermu yang mudah legawa dan lupa. Ingin rasanya jadi dirimu, yang begitu mudah melepas masa lalu 
Jadi, kudengar kau baik-baik saja. Setidaknya tak ada sesal atau kesedihan yang kau ceritakan dengan terbuka pada teman-teman kita. Kudengar pula kau sudah mencoba mengencani satu-dua orang baru. Ah, kau memang orang yang mudah legawa sejak dulu. Mungkin sifat legawamu inilah yang membuatmu begitu mudah merelakan apa yang telah kita bangun bersama; mengabaikan apa yang masa depan punya untuk kita.
Tidak, aku tak ingin bersikap sinis di sini. Justru sifat legawa dan santaimu itu yang sejak dulu kukagumi. Bagimu, berhenti peduli pada orang-orang yang pernah kau sayangi adalah semudah menjentikkan jari. Ketika hubunganmu dengan mereka menemui kendala, kau tak akan tergerak untuk menyelesaikannya. Buat apa repot-repot? Pikirmu. Lebih baik kau tinggal saja.
Aku iri padamu, yang begitu mudah melepas masa lalu. Berbeda darimu, aku tak bisa begitu. Butuh waktu lama bagiku untuk menerima bahwa bagiku kau titik dan bagimu aku tanda tanya. Butuh waktu lama untuk menerima bahwa kau tak lagi cinta; bahwa bagimu, jauh lebih menarik untuk mencari orang lain yang baru ketimbang mempertahankanku.
Memang butuh waktu lama. Namun aku berhasil melakukannya.


Kini aku sudah jauh lebih bahagia. Pelan tapi pasti, aku memaafkan yang terjadi di antara kita.
 “Proses penyembuhan”-ku berlangsung pelan-pelan. Tak seperti dirimu, aku memang tak bisa langsung memasang wajah tak peduli dan menjalani hari seolah tak ada apa-apa yang terjadi. Di hari-hari pertama setelah kita tak lagi bersama, aku kerap tenggelam dalam luapan emosi yang tiba-tiba datang.
Teman-teman dan keluargalah yang membantuku bertahan. Ketika aku mengikrarkan diri tak layak dicintai, mereka “menghajarku” dengan cinta yang tulus dan sebenarnya. Mereka meyakinkanku, hidup adalah lebih dari apa yang pernah kumiliki denganmu. Bahwa masa depan menjanjikan lebih banyak kebaikan dari masa lalu. Aku pun mendidik hati untuk menerima. Meyakini bahwa Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik dari atas sana.
Aku berhenti mengasihani diri sendiri, berhenti menyalahkanmu, menyalahkan aku, menyalahkan keadaan. Pelan tapi pasti, aku memaafkan apa yang terjadi.
Kini aku sudah jauh lebih bahagia. Sudah kuterima bahwa kita memang harus diakhiri — bahwa perasaanku memang harus diaborsi.


Terima kasih telah menjadikanku lebih kuat dan dewasa. Hidupku yang sebenarnya baru dimulai setelah kau tak ada.
Hidupku baru dimulai
Setelah kau pergi, aku belajar menjadi lebih mandiri. Waktu yang dulu banyak kuhabiskan bersamamu kini kupakai untuk menambah ilmu dan menemukan hobi baru. Aku pun tak keberatan jika harus pergi ke luar sendirian, kalau hanya untuk makan atau membeli pakaian. Dan jika aku memang butuh ditemani, toh ada keluarga atau kawan dekat yang selalu bisa diandalkan.
Harus kuakui, aku sempat marah dan membenci keputusanmu untuk pergi. Namun sekarang aku paham: bukan tugas orang lain untuk mencintai diriku sendiri. Tugas itu hanya aku yang memiliki. Ya, jika mencintai orang lain adalah hak, mencintai diri sendiri adalah kewajiban.
Memahami itu semua membuatku lebih dewasa. Aku yang dulu pencemas dan takut gagal kini lebih mudah berserah dan bersabar. Aku yang dulu takut sendirian kini sadar tak ada yang sebenarnya perlu dikhawatirkan. Cukuplah aku bahagia dengan apa yang sekarang ini aku punya. Ketulusan orang yang ada di sekitar membuatku merasa tak pernah putus dicinta.
Hidupku tidaklah berhenti saat kau memutuskan pergi. Justru sebaliknya, hidupku yang sebenarnya baru dimulai. Kesempatan dan kebaikan yang akan datang padaku terlalu sayang jika terbuang gara-gara aku sibuk bermain jadi “korban” dan tenggelam dalam sakit hati.


Suatu hari nanti, aku akan bertemu seseorang yang baru. Aku akan mampu memberinya cinta yang lebih sempurna, karena kita pernah bersama dulu.
Aku akan mampu mencintai lebih sempurna, karena kita pernah bersama
Kita memang sudah berpisah lama. Rasa yang dulu pernah aku punya kini tak lagi terlihat jejaknya. Jika dulu namamu masih membuat tekanan darahku meninggi, kini ia terdengar sama seperti jutaan nama manusia yang lainnya. Jika tempat-tempat yang dulu bermakna bagi kita sempat kuhindari, kini aku bisa mendatanginya lagi dengan berani.
Banyak orang berkata, buat apa repot-repot berpacaran jika akhirnya berpisah juga? Bukankah usaha yang sudah dikerahkan selama ini jadi terbuang sia-sia?
Tapi tidak ada cinta yang sia-sia dijalani. Meski akhirnya harus diamputasi, rasa yang pernah kumiliki telah membuatku paham makna memberi.
Perpisahan kita tak mengubahku jadi sinis soal cinta. Justru kau telah memberiku banyak pelajaran berharga.
Suatu hari di masa depan, Aku yakin akan bertemu dia yang memang tertakdirkan. Dan jika hari itu tiba, aku akan mampu menjadi pasangan yang lebih dewasa. Yang lebih mampu membuat diri sendiri, dan diri mereka yang kucintai, bahagia.
Kita memang tak pernah digariskan untuk selamanya. Namun, aku bisa jadi manusia yang lebih berdaya karena kita pernah bersama.
Dan seandainya kita bertemu kembali, suatu saat nanti, aku siap menyambutmu dengan senyum dan tangan terbuka.
Kepadamu yang dulu meninggalkanku: lihatlah, aku baik-baik saja. Jika kau kini sama baiknya, senang sekali aku mendengarnya.

Jumat, 27 Maret 2015

aksara kuno sulawesi



Nama : Hikmah
Nim : F61113009
AKSARA-AKSARA DI SULAWESI SELATAN
Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan (needs) manusia untuk mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia adalah TULISAN. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Dalam sejarah peradaban manusia, penggunaan sistem tulisan, yaitu aksara dianggap sebagai suatu ukuran untuk menilai tahap perkembangan sebuah peradaban bangsanya (Coulmas, 1990). Di Indonesia, sejak zaman dulu, masyarakat-masyarakat daerah tidak memiliki sistem tulisan tersendiri. Oleh karena itu, sangat diperlukan sistem tulisan untuk merekam dan mencatat tradisi bahasa lisan setempat. Akhirnya, tidak dapat dihindari peminjaman aksara dari peradaban asing yang telah berpengaruh, sehingga diadaptasi sesuai dengan sistem bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
menurut peradaban asing yang bersangkutan, yakni 1) aksara India, 2) skrip Arab dan 3) aksara Latin . Di antara ketiga jenis aksara tersebut, golongan 1) dan 2) telah direformasi sesuai dengan bahasa dan budaya setempat, sehingga muncul berbagai variasi bentuk tulisan yang berbeda satu dengan yang lain antara masyarakat-masyarakat  daerah. Tidak semua masyarakat bahasa  di Indonesia menerima ketiga jenis aksara ini. Ada yang menerima hanya satu jenis, ada yang juga menerima dua jenis atau ketiga-tiganya.
Masyarakat bahasa daerah yang ditemui di Sulawesi Selatan terdiri atas empat masyarakat bahasa yang terbesar, yaitu masyarakat penutur bahasa Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Keempat masyarakat bahasa daerah tersebut, masing-masing memiliki dan menyimpan baik warisan bahasa dan budayanya yang unik tersendiri, namun tidak semua masyarakat mempunyai sistem tulisannya. Di antara keempat masyarakat bahasa daerah, yang memiliki sistem tulisan adalah masyarakat Bugis dan Makassar. Terdapat juga naskah (namun sedikit) yang menuliskan bahasa Mandar dalam aksara Lontaraq, tetapi aksaranya bukan aksara Mandar tersendiri, melainkan diambil dari aksara Lontaraq pada masyarakat Bugis dan Makassar.
Masyarakat bahasa daerah di Sulawesi Selatan adalah salah satu masyarakat yang menerima ketiga jenis aksara di Indonesia. Aksara-aksara tersebut adalah aksara Jangang-Jangang, Lontaraq dan Sérang.
a.      Aksara lontara
Nama sebutan „Lontaraq‟ diambil dari nama sejenis pohon kelapa „Lontar‟. Ketika penggunaan kertas masih belum biasa di Sulawesi Selatan, daun lontar lazim digunakan sebagai kertas untuk ditulisi, karena daun lontar bersifat lebih keras dan lebih tahan lama daripada daun pohon yang lain. Akhirnya, lontar menjadi nama sebutan untuk segala jenis aksara tradisi di Sulawesi Selatan. Dengan demikian, istilah „Lontaraq‟ menunjukkan „aksara‟.
Di Sulawesi Selatan, aksara Lontaraq diperkirakan berasal dari aksara India, namun masih belum ada yang membuktikan dengan jelas bahwa aksara tersebut berkaitan dengan aksara India. Meskipun begitu, sebagian besar pakar bersepakat bahwa aksara Lontaraq mungkin berasal dari aksara India, yaitu aksara Pallawa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Aksara Pallawa dari Dinasti Pallawa (northern Mysore) pada awal abad ke-4 sampai akhir ke-9 Masehi di India (Coulmas, 1990: 387), telah digunakan di kerajaan Sriwijaya pada sekitar abad ke-8 Masehi. Setelah itu, aksara Pallawa dijadikan landasan dalam pengembangan sistem aksara Kawi di Jawa pada tengah abad ke-8 Masehi. Selanjutnya, aksara Kawi memengaruhi lagi pembentukan aksara-aksara di Sumatra, yakni aksara Batak, aksara Kerinci, dan aksara Lampung. Aksara-aksara di Sumatra ini, kelak menjadi sebuah dorongan lahirnya aksara Lontaraq di Sulawesi Selatan. Bukti bahwa aksara-aksara tersebut berasal dari aksara Pallawa adalah semuanya berciri-ciri abugida dalam tipologi.            
Aksara Lontaraq lazim disebut sebagai aksara „Sulapak Eppa (segi empat)‟ dalam bahasa Bugis, karena bentuk tulisannya berdasarkan atas bentuk segi empat. Jumlah grafem adalah 23 abjad yang digunakan dalam bahasa Bugis, sedangkan dalam bahasa Makassar, hanya terdapat 19 grafem yang dipakai kecuali empat grafem no. 4 <ngka>, 8 <mpa>, 12 <nra>, dan 16 <nca> seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini. Untuk penanda vokal, digunakan diakritik (tanda vokal). Terdapat 5 vokal yang dilambangkan oleh aksara Lontaraq, yaitu /i/, /u/, /é/, /o/, dan /e/.
Penggunaan aksara Loantaraq dapat ditemui pula dalam masyarakat bahasa Ende di Flores Nusa Tenggara Timur (Banda, 2005: 2). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan sistem tulisan aksara Lontaraq bukan hanya terbatas dalam masyarakat bahasa dan budaya Bugis di Sulawesi Selatan, tetapi juga tersebar sampai suku bangsa yang lain di Indonesia. Akhir-akhir ini, di Sulawesi Selatan, di mana pun, dapat dilihat aksara Lontaraq pada papan nama jalan, namun tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 1) Aksara Lontaraq


b.     Jangang-jangang
Aksara Jangang-Jangang yang sebutannya berarti „burung‟ dalam Bahasa Makassar, digunakan dalam masyarakat bahasa Makassar, sedangkan aksara Lontaraq yang lazim disebut sebagai aksara „Sulapak Eppa (segi empat)‟ dalam bahasa Bugis, lebih memfokuskan peranannya
untuk menuliskan bahasa Bugis (Ann Kumar & John H. McGlynn, 1996: 214).
Dalam catatan sejarah kerajaan Gowa (Raja IX, Tumapa‟risi Kallonna 1512~1546) disebutkan mengenai penciptaan aksara Jangang-Jangang sebagai berikut.

...... syahbandar raja ini bernama I Daeng Pamattek, dia syahbandar, dan dia juga Tumailalang (Perdana Menteri), dan Daeng Pamattek ini jugalah yang membuat huruf Makassar (Ahmad Rahman, Muhammad Salim, 1996: 34).
Ketika syahbandar Daeng Pamattek diperintah oleh Raja Tumapa‟risi Kallonna, untuk menciptakan sistem aksara, beliau, dengan meniru bentuk seekor burung dari berbagai sisi, menciptakan aksara Jangang-Jangang. Oleh karena proses penciptaannya, nama aksara ini disebut „Jangang-Jangang‟ (Syarifuddin Daeng Kulle & Zainuddin Tika, 2003: 16).

Gambar 2) Aksara Jangang-Jangang
Penggunaan aksara Jangang-Jangang tidak dapat tersebar secara luas dalam masyarakat bahasa Makassar, karena cara penulisan abjadnya agak sulit daripada aksara Lontaraq. Setelah aksara Jangang-Jangang merosot penggunaannya, aksara Lontaraq mulai mendominasi penulisan bahasa Makassar. Dalam surat „Perjanjian Bongaya‟ yang ditandatangani antara kerajaan Gowa dan Belanda, pernah dituliskan aksara Jangang-Jangang dalam bahasa Makassar. Berdasarkan fakta ini, dapat diperkirakan bahwa aksara Jangang-Jangang lazim dipakai sebagai aksara resmi dalam kerajaan Gowa, sehingga tidak mudah tersebar dalam masyarakat sampai merosot penggunaannya.
c.      Aksara serang





Gambar3 aksara serang

Kemunculan aksara Sérang berkaitan dengan kedatangan orang Melayu di Sulawesi Selatan, yang telah pandai mereformasi skrip Arab, yaitu tulisan Jawi sesuai dengan sistem bunyi bahasa Melayu sejak abad ke-14. Bagi orang Melayu, tulisan Jawi lazim dianggap sebagai wahana untuk penyebaran peradaban Islam di Indonesia. Dengan demikian, di mana pun peradaban Islam masuk di Indonesia, tulisan Jawi disebarkan pula oleh orang Melayu untuk menyalin ajaran Islam ke bahasa setempat sebagai simbol Islam (Ahmad Rahman & Muhammad Salim, 1996: 33~34). Kemampuan orang Melayu terhadap penggunaan skrip Arab, mendorong mereka untuk memegang jabatan syahbandar dan juru tulis istana dalam kerajaan Gowa (sejak Raja X, Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulawesng 1546-1565). Sejak itu, secara turun-temurun jabatan tersebut dipegang oleh orang Melayu. Fakta sejarah ini dapat menunjukkan bahwa penggunaan skrip Arab, yaitu aksara Sérang di Sulawesi Selatan dimotivasi oleh orang Melayu yang menjabat syahbandar dan juru tulis istana dalam kerajaan Gowa.
Bentuk variasi grafem dalam aksara Sérang berbeda dengan tulisan Jawi, namun abjad Latin yang dilambangkan oleh kedua aksara tersebut sama, kecuali grafem <v> dalam tulisan Jawi. Tiga titik yang terdapat dalam variasi gerafem tulisan Jawi digantikan dengan grafem <> dalam aksara Sérang. Kemunculan penggunaan grafem <> mungkin dikarenakan bahwa dua titik bawah antara tiga titik lazim dituliskan secara kursif, sehingga kelihatannya satu garis lenkung (Cho Tae Young, 2009: 125). Perbedaan yang lain antara tulisan Jawi dengan aksara Sérang adalah penggunaan i‟rab, yaitu tanda vokal. Berbeda dengan tulisan Jawi, aksara Sérang masih memakai tanda vokal untuk melambangkan bunyi vokal bahasa Bugis dan Makassar.
Nama sebutan „Sérang‟ masih belum jelas asal-usulnya, namun ada beberapa hipotesisnya. Menurut Mattulada, istilah „Sérang‟ berasal dari kata „Seram‟ yang menunjukkan suku Seram, karena agama Islam dan skrip Arab dibawa oleh suku Seram ke Sulawesi Selatan (Koentjaraningrat, 1999: 269). Akan tetapi, tidak terdapat bukti sejarah apa pun bahwa orang Seram membawa Islam ke Sulawesi Selatan. Selain itu, dalam kamus bahasa Bugis dan Makassar, kata „Sérang‟ berarti miring dan tidak lurus. Rakyat yang masih belum lupa menulis aksara Sérang, mengatakan bahwa aksara Sérang lazim dituliskan dengan miring. Akan tetapi, dalam sebagian besar naskah aksara Sérang, bentuk tulisannya tidak miring. Dengan demikian, asal-usul nama sebutan „Sérang‟ masih belum jelas, sangat diperlukan penelitian lanjutan untuk keterangan yang tepat terhadap nama „Sérang‟.
Penggunaan aksara Sérang sangat terbatas, namun sikap penerimaan peradaban Islam di Sulawesi Selatan agak positif dan aktif. Saat aksara Sérang dikenal di Sulawesi Selatan, kedudukannya tidak kuat, karena aksara Lontaraq telah lama digunakan. Aksara Latin juga salah satu alasan yang membatasi penggunaan aksara Sérang di Sulawesi Selatan. Ketika peradaban Barat masuk di Sulawesi Selatan melalui Belanda, bahasa-bahasa setempat sudah mulai dicatat dalam aksara Latin. Akhirnya, aksara Sérang tidak dapat menguasai penggunaan sistem tulisan dari aksara Latin yang lebih hemat dan mudah dalam penulisan, sehingga penggunaannya pun terbatas hanya dalam lingkungan Islam. Dengan kata lain, aksara Sérang merosot penggunaannya disebabkan oleh aksara Lontaraq yang telah lama menahan tradisinya dan aksara Latin yang penulisannya hemat dan mudah (Cho Tae Young, 2010: 109).
Sumber:
( Tradisi Bahasa Tulisan di Sulawesi Selatan)
https://www.google.com/search?q=jenis+aksara+yang+ada+di+sulawesi+selatan&client=firefox-a&hs

islam di sumatera



Mata kuliah: Sejarah Maritim Indonesia
Dosen: Rosmawati, S.S, M.Si

KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
 
Disusun oleh:
HIKMAH                                (F61113009)
YUNIATMI                            (F61113002)
ANDI TAKBIRAN                 (F61113303)
DARMAWAN . M                  (F61113010)

JURUSAN ARKEOLOGI FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014



KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji sukur atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat merampungkan Tugas Makalah Mata Kuliah “Sejarah Perkembangan di Indonesia”.Solawat dan salam tetap tercurah suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW dan semoga kita menjadi pengikutnya yang setia dan mengikuti sunahnya sampai ajal menjemput kita.
Kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Dosen mata kuliah  “Sejarah Perkembangan di Indonesia” yang selama ini memberi kontribusi besar kepada kami, Mahasiswa Jurusan Arkeologi dalam memahami mata kuliah tentang proses berkembangnya islam di Indonesia. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.



Makassar 10 April 2014



Penulis














ii



DAFTAR ISI
                                                     
KATA PENGANTAR..................................…………………………… ii
DAFTAR ISI.............................………………………………………… iii
BAB I          
PENDAHULUAN         
A.    Latar Belakang.............................................................................1
B.    Rumusan Masalah........................................................................1     
C.    Tujuan..........................................................................................1
BAB II           
PEMBAHASAN     
A.    Kerajaan Perlak.............................................................................2
B.    Kerajaan Samudera Pasai..............................................................3          
C.    Kerajaan Malaka.......................................................................... 5
D.    Kerajaan Aceh...............................................................................9
E.     Saluran islamisasi.........................................................................13
BAB III          
PENUTUP                 
A.    Kesimpulan..................................................................................15
B.    Saran........................................................................................... 15   
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16











iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam
melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik. Setelah masuknya Islam di Indonesia, berdirilah kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang menggantikan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon, Makassar, Banjar, dan Ternate dan Tidore.
Dalam makalah ini, kami akan menguraikan tentang kerajaan-kerajaan islam yang ada di sumatera yaitu kerajaan perlak, kerajaan samudera pasai, malaka, dan aceh.

B.    Rumusan Masalah

1.     Letak Kerajaan Perlak serta proses terbentuknya
2.     Kerajaan Samudra Pasai beserta dengan kehidupan ekonomi, social dan budayanya.
3.     Kerajaan Maalaka beserta dengan kehidupan ekonomi, social dan budayanya.
4.     Kerajaan Aceh beserta dengan kehidupan ekonomi, social dan budayanya.

       C. Tujuan Makalah

1.     Untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kehidupan kerajaan Pelak
2.     Untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kehidupan kerajaan Samudra Pasai
3.     Untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kehidupan kerajaan Malaka
4.     Untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kehidupan kerajaan Aceh
5.     Saluran islamisasi di Indonesia




1

BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Islam di Sumatera
1.    Kerajaan Perlak

a.     Letak Kerajaan
Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan Islam awal yang terletak di Perlak, Aceh. Perlak merupakan sebuah daerah di pesisir timur daerah Aceh (daerah utara pulau Sumatera).
Raja dan rakyat penduduk daerah negeri Perlak adalah keturunan dari Maharaja Pho He La Syahir Nuwi (Meurah Perlak Syahir Nuwi) dan keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya.

b.     Terbentuknya kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak berdiri tahun 840 M dengan rajanya yang pertama, Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Sebelumnya, memang sudah ada Negeri Perlak yang pemimpinnya merupakan keturunan dari Meurah Perlak Syahir Nuwi atau Maharaja Pho He La. Pada tahun 840 ini, datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri Perlak pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah,
Lokasi Kerajaan Perlak sebagai penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.
Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang beralirah paham
Syiah. Aliran Syi’ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syi’ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi’ah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk
memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur


2
Sumatra dengan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi’ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.  Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun
302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni. Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum
Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian. Bagian pertama, Perlak Pesisir (Syiah), dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Bagian kedua, Perlak Pedalaman (Sunni), dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023). Kedua kepemimpinan tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari pemimpin kedua wilayah tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal. Ia meninggal ketika Perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yang awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006. Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga.
 Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di
bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.

2.    Kerajaan Samudera Pasai
a.     Letak Kerajaan
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pertama di indonesia yang menganut agama islam. Secara geografis, Kerajaan Samudera Pasai terletak di daerah pantai timur Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yakni selat malaka. Dengan posisi yang sangat strategis ini, kerajaan samudera pasai berkembang menjadi kerajaan islam yang cukup kuat pada masa itu. Perkembangan ini juga di dukung

3
oleh hasil bumi dari Kerajaan Samudera Pasai seperti lada. Di pihak lain, bandar-bandar dari Kerajaan Samudera pasai juga dijadikan bandar penghubung (bandar transito) antara para pedagang islam yang datang dari arah barat dengan para pedagang islam dari arah timur.
Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa itu, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, dan budaya.
b.     Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Samudera pasai tidak dapat diketahui dengan pasti. Tetapi para ahli berhasil menemukan bukti tentang perkembangan kekuasaan Samudera Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Samudera Pasai antara lain:
Nazimuddin al Kamil pendiri kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut dari mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapatkan tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari Timur. Nazimuddin Al-Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di pulau sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimuddin Al-Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai dengan berlandaskan hukum-hukum ajaran islam. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Sultan Malikul Saleh memerintah Samudera Pasai dari tahun 1285-1297 M. Sultan yang semula mengnut alran syi’ah itu akhirnya berbalik menganut aliran syafei. Perkawinan Sultan Malik Saleh dengan Putri Ganggang Sari dapat memperkuat kedudukannya di daerah pantai timur Aceh, sehingga Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di Selat Malaka.
Sultan Malikul Thahir setelah Sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir). Pada masa kekuasaanya (1297-1326), terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudera Pasai saat putra Sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru semula yaitu aliran syiah. Ketika kerajaan Malaka muncul dan berkembang sebagai pusat perdagangan di daerah Selat Malaka, kedudukan Kerajaan Samudera Pasai sebagai daerah perdagangan mulai redup.
c.      Kehidupan Ekonomi
Letak geografis Samudera Pasai di tepi Selat Malaka sangat Strategis, karena merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan anatara dunia Barat dan dunia Timur. Hal ini

4
sangat mendukung kreativitas masyarakatnya untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera Pasai juga mempersiapkan bandar-bandar yang digunakan untuk hal-hal berikut:
1.     Menambah  perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
2.     Mengurus soal-soal atau masalah perkapalan
3.     Mengumpulkan barang dagangan yang akan di kirim ke luar negeri
4.     Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke bebrapa  daerah di indonesia.
Perkembangan ekonomi masyarakat dan Kerajaan Samudera Pasai bertambah Pesat, sehinggaselalu menjadi perhatian sekaligus menjadi incaran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
d.     Kehidupan sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyrakat di negeri Mesir maupun di Arab. Kemungkinan berkembangnya pengaruh-pengaruh dari Mesir maupun Arab di Kerajaan Samudera Pasai disebabkan karena pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin al-Kamil (seorang laksamana laut dari Kerajaan Mesir).
Sistem kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai banyak memiliki persamaan dengan daerah-daerah Arab, sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah serambi mekkah.
e.     Kehidupan Budaya
Sebagai kerajaan yang terjun dalam dunia maritim tidak banyak terdapat atau ditemukan peninggalan-peninggalan budaya. Walaupun ada penemuan benda kebudayaan dari zaman Kerajaan Samudera Pasai, namun tidak sepenuhnya merupakan hasil karyanya, seperti penemuan batu nisan atau jirat raja putri Pasai yang didatangkan dari kambayat. Selai n penemuan dari makam-makam Raja Samudera Pasai tidak pernah terdengar perkembangan seni budaya dari masyarakat.
3.Kerajaan Malaka
a.     Letak Kerajaan
Pada masa kejayaannya, kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan


5
penyebaran islam di Asia Tenggara. Perkembangan Kerajaan Malaka di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya tidak bisa dipisahkan dengan posisi dan letaknya yang strategis dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan pada masa itu.
b.     Kehidupan politik
Iskandar syah pada awal abad ke-15 M, terjadi perang saudara di kerajaan majapahit. Perang itu dikenal dengan sebutan perang paregred. Dalam peperangan tersebut, seorang pangeran Kerajaan Majapahit yang bernama paramisora diiringi para pengikutnya melarikan diri dari daerah Blambangan ke Tumasik (singapura).
Daerah Tumasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan. Daerah tersebut menjadi sarang dan tempat persembunyian para bajak laut. Karena itu, paramisora beserta pengikutnya melanjutkan perjalanannya ke arah utara sampai di Semenanjung Malaya.
Di daerah itu, Paramisora membangun sebuah kampung bersama para pengikutnya dengan dibantu oleh para petani dan nelayan setempat. Perkampungan itu diberi nama Malaka. Daerah perkampungan yang baru dibangun itu mengalami perkembangan yang cukup pesat karena letaknya yang strategis, yaitu di tepi jalur pelayaran dan perdagangan Malaka.
Dalam dunia perdagangan, malaka  berkembang sebagai penghubung antara dunia barat dan dunia timur. Perkembangan yang sangat pesat itu mendorong Paramisora untuk membangun sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Malaka. Ia langsung menjadi rajanya.
Aktivitas perdagangan di selat malaka pada waktu itu di dominasi oleh pedagang islam. Mereka hanya melakukan aktivitas perdagangan pada bandar-bandar perdagangan islam. Untuk itu, Paramisora memutuskan menganut islam. Ia mengganti namanya menjadi Iskandar Syah dan menjadikan kerajaan Malaka sebagai kerajaan islam. Untuk menjaga keamanan kerajaan malaka, Iskandar syah meminta bantuan kepada kaisar cina dengan menyatakan takluk kepadanya (1405).
Iskandar Syah berhasil meletakkan dasar-dasar dari kerajaan malaka. Ia mengembangkan malaka menjadi kerajaan penting di selat malaka. Ia memerintah malaka dari tahun 1396-1414 M.
Muhammad Iskandar Syah setelah Iskandar Syah meninggal tahta kerajaan malaka dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1414-1424 M. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekusaan Malaka di perluas hingga mencapai seluruh wilayah Semenanjung Malaka.Untuk memajukan perekonomian, muhammad Iskandar syah berupaya menjadikan kerajaan malaka sebagai penguasa tunggal jalur perdagangan dan pelayaran di kerajaan malaka. Untuk mencapai usahanya itu, ia harus dapat menguasai kerajaan samudera pasai. Namun demikian, menyerang kerajaan samudera pasai merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, mengingat pasukan perang kerajaan
6
samudera pasai jauh lebih kuat dibandingkan kerajaan malaka. Oleh karena itu, Muhammad Iskandar Syah memilih jalan melalui perkawinan politik dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai. Melalui perkawinannya dengan putri kerajaan samudera pasai ini, muhammad iskandar syah berhasil mencapai cita-cita menguasai selat malaka. Di bawah pemerintahannya, pelayaran perdagangan di selat malaka semakin ramai. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kerajaan malaka dalam aktivitas perdagangan.
Mudzafat Syah setelah Mudzafat Syah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah dari tahta kerajaan malaka, ia langsung naik tahta menjadi raja malaka degan bergelar sultan sehingga Mudzafat syah merupakan raja pertama yang bergelar Sultan.
Mudzafat Syah memerintah kerajaan malaka dari tahun 1424-1458 M. Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari kerajaan siam. Namun, semua serangan itu dapat digagalkan. Keberhasilan menggagalkan serangan dari kerajaan siam itu menambah pentingnya kerajaan malaka di selat malaka. Bahkan di bawah pemerintahan Sultan Mudzafat Syah, kerajaan malaka terus mengadakan perluasan ke daerah-daerah yang berada di sekitar kerajaan malaka seperti pahang, indragiri, dan kampar.
Setelah sultan Mudzafat Syah meninggal dunia, tahta kerajaan malaka diwariskan kepada putranya yang bergelar sultan Mansyur syah.
Sultan Mansyur Syah memerintah malaka dari tahun 1458-1477 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Malaka mengalami kemajuan yang sangat pesat dan bahkan mencapai masa kejayaannya sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara.Kejayaan  yang dialami malaka ini adalah berkat usaha dari Sultan Mansyur Syah. Dengan melanjutkan politik ayahnya, yaitu memperluas wilayah kekuasaanya, baik semenanjung malaya maupun di wilayah sumatera tengah, seperti daerah kamper yang ditaklukan dan dijadikan daerah jajahan, sehingga siam berhasil dikuasai. Dalam suatu pertempuran raja siam tewas, sedangkan putra mahkotaanya ditawan dan dibawa ke malaka, selanjutnya dikawinkan dengan putri sultan sendiri dan diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan malaka.Walaupun kerajaan malaka semakin bertambah maju, tetapi kerajaan samudera pasai tidak diserangnya. Jambi dan palembang yang dilindungi oleh kerajaan majapahit, terpaksa dihormati oleh kerajaan malaka. Kerajaan Batak, Aru (haru) tetap sebagai kerajaan merdeka dan menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Malaka.Pada masa pemerintahan sultan mansyur syah, hidup seorang laksamana itu bernama itu Hang Tuah. Hang Tuah berjasa besar dalam mengembangkan Kerajaan Malaka. Informasi ini didapat dari sebuah cerita rakyat yang dikenal dengan nama HIKAYAT HANG TUAH. Kebesaran Hang Tuah sering disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
Sultan Alauddin Syah pengganti sultan mansyur syah. Ia memerintah malaka dari tahun 1477-1488 M dan mewarisi wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka yang cukup luas. Perkembangan ekonomi kerajaan tetap stabil pada awal masa pemerintahannya. Namun,
7
karena sultan Alauddin Syah tidak secakap sultan mansyur syah (ayahnya), maka kekuasaan kerajaan malaka mulai mengalami kemerosotan. Daerah-daerah yang dulu ditaklukan oleh mansyur syah, satu persatu melepaskan diri dari kerajaan malaka. Setelah ia meninggal, tahta kerajaan malaka digantikan oleh putranya yang bergelar sultan mansyur syah.
Sultan Mahmud syah memerintah malaka dari tahun 1488-1511 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah. Daerah kekuasaannya meliputi sebagian kecil semenanjung malaya. Keadaan ini menambah suramnya kerajaan malaka pada masa kekuasanya muncul ekspedisi bangsa portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque dan berusaha merebut kerajaan malaka. Akhirnya pada tahun 1511 kerajaan malaka jatuh ke tangan bangsa portugis.
c.      Kehidupan Ekonomi
Peranan kerajaan malaka sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya perdagangan yang berpusat di ibulota kerajaan tersebut. Kapal-kapal dari indonesia bagian timur membongkasauh di pelabuhan malaka, demikian pula kapal-kapal dari negeri cina sedangkan kapal-kapal dari india maupun negara-negara arab datang dan arah utara untuk membeli dan mengangkut barang dagangan ke negerinya atau diteruskan ke eropa melalui pelabuhan Venesia. Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejbat-pejabat memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari kerajaan malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Dalam undang-undang itu ditentukan syarat-syarat sebuah kapal untuk berlayar, nama-nama jabatan serta tanggung jawab masing-masing saat berlabuhnya suatu kapal untuk berlayar dan sebagainya.
Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antarpedagang maka bahasa melayu dijadikan sebagai bahasa perantara (bahasa melayu disebut juga sebagai bahasa Kwu-Iun).
d.     Kehidupan sosial
Kehidupan sosial masyarakat kerajaan malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, sudah jelas hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok-kelompok dalam masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan. Perbedaan kedua golongan ini sangat nyata dalam masyarakat, karena golongan majikan dapat melaksanakan perintah sesuai dengan kehendaknya.
e.     Kehidupan budaya

8
Kehidupan budaya di kerajaan malaka tidak banyak diketahui. Namun dari perkembangan seni sastra melayu muncul beberapa hasil karya sastra yang menggambarkan kepahlawanan dan keperkasaan tokoh-tokoh pendamping kerajaan malaka dalam melaksanakan roda pemerintahannya. Tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pahlawan dari kerajaan malaka pada masa kejayaannya adalah Hang Tuah, Hang Lekir, dan Hang Jebat.
4.KERAJAAN ACEH
a. letak kerajaan
kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Perkembangan pesat yang dicapai kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran dan perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan kerajaan aceh, mempengaruhi perkembangan kehidupan kerajaan aceh dalam segala bidang, aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
b.kehidupa politik
Mengenai kapan berdirinya kerajaan aceh, tidak dapat di ketahui dngan pasti. Namun berdasarkan Bustanussalatin (1637 M) karangan Nuruddin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh, dan berdasarkan berita-berita orang eropa, diketahui bahwa kerajaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir. Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan aceh adalah:
Sultan Ali Mughayat Syah adalah Raja pertama aceh. Ia memerintah aceh tahun 1514-1528 M. Di bawah kekuasaannya, kerajaan aceh melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara seperti daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan Salahuddin setelah Sultan Ali Mughayat Syah wafat, pemerintahan beralih kepada putranya yang bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528-1537 M. Selama menduduki tahta kerajaan aceh, ia ternyata tidak memperdulikan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosotan yang tajam. Oleh karena itu, sultan salahuddin di ganti saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah al-kahar.
Sultan Alauddin Riayat Syah al-kahar memerintah aceh dari tahun 1537-1568 M. Setelah berhasil menduduki tahta kerajaan, ia melaksanakan berbagai bentuk perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemerintahan kerajaan aceh. Pada masa pemerintahannya, kerajaan aceh melakukan perluasan wilayah kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap kerajaan Malaka (tetapi gagal). Daerah kerajaan Aru berhasil diduduki. Setelah


9
Sultan Alauddin Riayat Syah al-kahar kerajaan aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi. Baru setelah Sultan Iskandar Muda naik tahta kerajaan aceh mengalami perkembangan sesat.
Sultan Iskandar Muda memerintah aceh dari tahun 1607-1636 M. Di bawah pemerintahan sultan iskandar muda, kerajaan aceh mengalami kejayaannya. Kerajaan aceh tumbuh menjadi  kerajaan besar dan berkuasa atas perdagangan islam, bahkan menjadi bandar transito yang dapat menhubungkan dengan pedagang islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran kerajaan aceh, sultan iskandar muda meneruskan perjuangan aceh dengan melawan portugis dan kerajaan johor di semenanjung malaya. Tjuannya adalah menguasai jalur perdagangan di daerah selat malakadan meguasai daerah-daerah penghasil lada. Sultan iskandar muda menolak permintaan inggris dan belanda untuk membeli lada di pesisir sumatera bagian barat. Di samping itu, kerajaan aceh melakukan pendudukan terhadap daerah-daerah seperti Aru, pahang , kedah, perlak dan inderagiri, sehingga di bawah pemerintahan sultan iskandar muda kerajaan aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Pada masa kekuasaannya terdapat dua orang ahli tasawuf yang terkenal di aceh, yaitu syekh syamsuddin bin abdullah as-samatrani dan syekh ibrahim as-syamsi. Setelah sultan iskandar muda wafat, tahta kerajaan aceh digantikan oleh menantunya yang bergelar sultan iskandar thani.
Sultan Iskandar Thani memerintah aceh tahun 1636-1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi kekuasaan iskandar muda. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani muncul seorang ulama besar Nuruddin ar-raniri. Ia menulis buku sejarah berjudul bustanu’salatin. Sebagai ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat dihormati oleh sultan dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah ia wafat, tahta kerajaan dipegang oleh permaisurinya (putri Iskandar Muda) dengan gelar Putri Sri Alam permaisuri (1641-1675 M).
c.     Kehidupan ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan aceh atas daerah-daerah pantai timur dan barat sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan aceh terhadap bebrapa daerah di semenanjung malaka menyebabkan bertambahnya bahan ekspor penting timah dan lada.
Sementara itu, aceh dapat berkuasa atas selat malaka yang merupakan jalan dagang internasional. Selain bangsa belanda dan inggris, bangsa asing lainnya seperti arab, persia turki, cina, jepang juga berdagang dengan aceh.
d.     Kehidupan sosial

11
Meningkatnya kemakmuran telah menybebkan berkembangnya sistem feodalisme dan ajaran agama islam di aceh. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintahan sipil disebut golongan teuku,sedang kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan teungku. Sayang anatara kedua golongan masyarakat itusering terjadi persaingan yang kemudia melemahkan aceh. Sejak berkuasanya perlak (abad ke 12 M sampai abad ke-13 M). Telah terjadi permusuhan anatara aliran syiah dengan sunnah Wal Jama’ah. Tetapi pada masa kekuasaan sultan iskandar muda aliran syiah memperoleh perlindungan dan berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan aceh.
Aliran ini diajarkan oleh Hamsah Fansuri yang diteruskan oleh muridnya yang bernama syamsuddin Pasai. Sesudah sultan iskandar muda wafat aliran sunnah wal jama’ah mengembangkan agama islam beraliran sunnah wal jama’ah, ia juga menulis buku sejarah aceh yang bejudul Bustanussatin (judul itu berarti taman raja-raja dan berisi adat-adat aceh beserta ajaran agama islam).
e.     Kehidupan Budaya
Kejayaan yang dialami oleh kerajaan aceh tersebut tidak banyak diketaahui dalam bidang kebudayaan. Walaupun ada perkembangan dalam bidang kebudayaan, tetapi tidak seperti perkembangaan dalam aktivitas perekonomian yang pesat. Peninngalan kebudayaan yang dibangun pada masa pemerintahan sultan iskandar muda.

SALURAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam masuk ke Indonesia berjalan dengan damai tanpa paksaan.tetapi kadang-kadang harus di lakukan dengan penaklukan. Hal ini hanya di lakukan apabila kondisi politik di kerajaan-kerajaan dalam kekacauan akibat dari perebutan kekuasaan.
Pada umumnya agama islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Perdagangan
Pada abad 7 M sampai abad ke 16 M pedagang-pedagang muslim dari timur tengah dan India berminat berdagang ke Indonesia. Mereka membentuk sebuah pemukiman yang disebut pekojan. Mereka juga berinteraksi dengan penduduk pribumi, sekaligus menyebarkan agama islam.

2. Perkawinan
Para pedagang yang menetap di Indonesia melakukan pernikahan dengan penduduk-penduduk asli. Ketika akan melakukan pernikahan. Para wanita pribumi harus masuk islam terlebih dahulu.

3. Pendidikan

13
Pendidikan dilaksanakan di pesantren-pesantren yang diajari oleh para kyai. para kyai yang mengajar di pesantren biasanya menjadi penasihat para raja dan bangsawan. Kesempatan itu memberi kesempatan bagi para kyai untuk menyebarkan agama islam.

4. Tasawuf
Tasawuf mengandung arti ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah. ketika itu ajaran tasawuf banyak ditemukan dalam hikayat masyarakat setempat.

5. Kesenian
Peninggalan hasil penyebaran agama islam melalui dunia seni banyak kita jumpai. Contoh masjid kuno di Demak




















14
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebara islam telah lama berkembang  dalam wilayah kerajaan ataupun dalam wilayah masyarakat biasa. Kerajaan-kerajaan islam yang ada di sumatera berkembang dengan baik terutama dalam bidang perdagangan.
B.    Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat ke depan, sebagai pelengkap study lain, yang berkaitan dengan judul makalah ini.


















15
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I wayan. 2006. Sejarah Ilmu sosial 2, jakarta. Penerbit Erlangga.
http//:Adisuseno's Blog
http//:wikipedia



















16