Mata
kuliah: Sejarah Maritim Indonesia
Dosen:
Rosmawati, S.S, M.Si
KERAJAAN
ISLAM
DI SUMATERA
Disusun oleh:
HIKMAH (F61113009)
YUNIATMI (F61113002)
ANDI TAKBIRAN (F61113303)
DARMAWAN . M (F61113010)
JURUSAN
ARKEOLOGI FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji
sukur atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat merampungkan Tugas Makalah
Mata Kuliah “Sejarah Perkembangan di Indonesia”.Solawat dan salam tetap tercurah suri
teladan kita, Nabi Muhammad SAW dan semoga kita menjadi pengikutnya yang setia
dan mengikuti sunahnya sampai ajal menjemput kita.
Kami
ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Dosen mata kuliah “Sejarah
Perkembangan
di Indonesia” yang selama ini memberi
kontribusi besar kepada kami, Mahasiswa Jurusan Arkeologi dalam memahami mata kuliah tentang proses
berkembangnya islam di Indonesia.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Makassar 10 April 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................…………………………… ii
DAFTAR ISI.............................………………………………………… iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................1
B.
Rumusan Masalah........................................................................1
C.
Tujuan..........................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Perlak.............................................................................2
B.
Kerajaan Samudera Pasai..............................................................3
C.
Kerajaan Malaka..........................................................................
5
D.
Kerajaan Aceh...............................................................................9
E.
Saluran
islamisasi.........................................................................13
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................15
B.
Saran...........................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh
Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar
wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan
dengan agama dan kebudayaan Islam
melalui jalur perdagangan, sama seperti
ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga,
masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal
ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir
laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam
menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi,
pendidikan, dan politik. Setelah masuknya Islam di Indonesia, berdirilah
kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang menggantikan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Kerajaan Samudera
Pasai, Malaka, Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon, Makassar, Banjar,
dan Ternate dan Tidore.
Dalam makalah ini, kami akan
menguraikan tentang kerajaan-kerajaan islam yang ada di sumatera yaitu kerajaan
perlak, kerajaan samudera pasai, malaka, dan aceh.
B. Rumusan
Masalah
1.
Letak Kerajaan Perlak serta proses terbentuknya
2.
Kerajaan Samudra Pasai beserta dengan
kehidupan ekonomi, social dan budayanya.
3.
Kerajaan Maalaka beserta
dengan kehidupan ekonomi, social dan budayanya.
4.
Kerajaan Aceh beserta
dengan kehidupan ekonomi, social dan budayanya.
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan dan kehidupan kerajaan Pelak
2.
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan dan kehidupan kerajaan Samudra Pasai
3.
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan dan kehidupan kerajaan Malaka
4.
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan dan kehidupan kerajaan Aceh
5.
Saluran islamisasi di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Islam di Sumatera
1.
Kerajaan Perlak
a.
Letak Kerajaan
Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan
Islam awal yang terletak di Perlak, Aceh. Perlak merupakan sebuah daerah di
pesisir timur daerah Aceh (daerah utara pulau Sumatera).
Raja dan rakyat penduduk
daerah negeri Perlak adalah keturunan dari Maharaja Pho He La Syahir Nuwi
(Meurah Perlak Syahir Nuwi) dan keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya.
b. Terbentuknya
kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak berdiri
tahun 840 M dengan rajanya yang pertama, Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz
Syah. Sebelumnya, memang sudah ada Negeri Perlak yang pemimpinnya merupakan
keturunan dari Meurah Perlak Syahir Nuwi atau Maharaja Pho He La. Pada tahun
840 ini, datanglah rombongan berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh Nakhoda
Khalifah. Tujuan mereka adalah berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan agama
Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri Perlak pun akhirnya
meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam. Selanjutnya,
salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq
dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi. Dari perkawinan
mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, Sultan
pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota Kerajaan, yang semula
bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah,
Lokasi Kerajaan Perlak sebagai
penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum
Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.
Sultan Alaidin Syed
Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang beralirah paham
Syiah. Aliran Syi’ah
datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Mereka masuk pertama
kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di
Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok
Syi’ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi’ah di Mesir mulai terputus.
Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti
Mamaluk
memerintahkan pasukan
yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur
2
Sumatra dengan tujuan
utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi’ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan
Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan
sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai
masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi
perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya
tak ada sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun
302 H (915 M), Sultan
Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir
pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali
ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari
golongan Sunni. Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh,
Sultan Makhdum
Alaiddin Abdul Malik
Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun
antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan
menjadi dua bagian. Bagian pertama, Perlak Pesisir (Syiah), dipimpin
oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Bagian kedua, Perlak
Pedalaman (Sunni), dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023). Kedua kepemimpinan tersebut bersatu
kembali ketika salah satu dari pemimpin kedua wilayah tersebut, yaitu Sultan
Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal. Ia meninggal ketika Perlak berhasil dikalahkan
oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat
bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yang awalnya hanya menguasai
Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai Sultan ke-8 pada Kesultanan
Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006. Sultan
Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan
dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga.
Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja
Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang
dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan
Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul
Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian
menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di
bawah kekuasaan sultan
Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir
yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.
2. Kerajaan Samudera Pasai
a. Letak Kerajaan
Kerajaan Samudera Pasai adalah
kerajaan pertama di indonesia yang menganut agama islam. Secara geografis,
Kerajaan Samudera Pasai terletak di daerah pantai timur Sumatera bagian utara
yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu,
yakni selat malaka. Dengan posisi yang sangat strategis ini, kerajaan samudera
pasai berkembang menjadi kerajaan islam yang cukup kuat pada masa itu.
Perkembangan ini juga di dukung
3
oleh hasil bumi dari Kerajaan
Samudera Pasai seperti lada. Di pihak lain, bandar-bandar dari Kerajaan
Samudera pasai juga dijadikan bandar penghubung (bandar transito) antara para
pedagang islam yang datang dari arah barat dengan para pedagang islam dari arah
timur.
Keadaan seperti inilah yang
mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat
pada masa itu, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, dan budaya.
b. Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Samudera pasai
tidak dapat diketahui dengan pasti. Tetapi para ahli berhasil menemukan bukti
tentang perkembangan kekuasaan Samudera Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan Samudera Pasai antara lain:
Nazimuddin al Kamil pendiri kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin
Al Kamil, seorang laksamana laut dari mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapatkan
tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran
barang-barang perdagangan dari Timur. Nazimuddin Al-Kamil juga mendirikan
sebuah kerajaan di pulau sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk
dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimuddin Al-Kamil meletakkan
dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai dengan berlandaskan
hukum-hukum ajaran islam. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai
mengalami perkembangan Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang
cukup pesat walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Sultan Malikul Saleh memerintah Samudera
Pasai dari tahun 1285-1297 M. Sultan yang semula mengnut alran syi’ah itu
akhirnya berbalik menganut aliran syafei. Perkawinan Sultan Malik Saleh dengan
Putri Ganggang Sari dapat memperkuat kedudukannya di daerah pantai timur Aceh,
sehingga Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di Selat Malaka.
Sultan Malikul Thahir setelah Sultan Malikul
Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul
Thahir (Malik Al-Thahir). Pada masa kekuasaanya (1297-1326), terjadi peristiwa
penting di Kerajaan Samudera Pasai saat putra Sultan Malikul Saleh yang bernama
Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru semula yaitu aliran syiah. Ketika
kerajaan Malaka muncul dan berkembang sebagai pusat perdagangan di daerah Selat
Malaka, kedudukan Kerajaan Samudera Pasai sebagai daerah perdagangan mulai
redup.
c. Kehidupan Ekonomi
Letak geografis Samudera Pasai di
tepi Selat Malaka sangat Strategis, karena merupakan jalur perdagangan yang
menghubungkan anatara dunia Barat dan dunia Timur. Hal ini
4
sangat mendukung kreativitas
masyarakatnya untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera Pasai juga
mempersiapkan bandar-bandar yang digunakan untuk hal-hal berikut:
1.
Menambah
perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
2.
Mengurus soal-soal atau masalah perkapalan
3.
Mengumpulkan barang dagangan yang akan di kirim ke
luar negeri
4.
Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke
bebrapa daerah di indonesia.
Perkembangan ekonomi masyarakat dan
Kerajaan Samudera Pasai bertambah Pesat, sehinggaselalu menjadi perhatian
sekaligus menjadi incaran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan
ke Bandar Malaka.
d. Kehidupan sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum Islam. Dalam
pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyrakat di
negeri Mesir maupun di Arab. Kemungkinan berkembangnya pengaruh-pengaruh dari
Mesir maupun Arab di Kerajaan Samudera Pasai disebabkan karena pendiri Kerajaan
Samudera Pasai adalah Nazimuddin al-Kamil (seorang laksamana laut dari Kerajaan
Mesir).
Sistem kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai banyak memiliki persamaan dengan daerah-daerah Arab,
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah
serambi mekkah.
e. Kehidupan Budaya
Sebagai kerajaan yang terjun dalam
dunia maritim tidak banyak terdapat atau ditemukan peninggalan-peninggalan
budaya. Walaupun ada penemuan benda kebudayaan dari zaman Kerajaan Samudera
Pasai, namun tidak sepenuhnya merupakan hasil karyanya, seperti penemuan batu
nisan atau jirat raja putri Pasai yang didatangkan dari kambayat. Selai n
penemuan dari makam-makam Raja Samudera Pasai tidak pernah terdengar
perkembangan seni budaya dari masyarakat.
3.Kerajaan Malaka
a.
Letak Kerajaan
Pada masa kejayaannya, kerajaan
Malaka merupakan pusat perdagangan dan
5
penyebaran islam di Asia Tenggara.
Perkembangan Kerajaan Malaka di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya
tidak bisa dipisahkan dengan posisi dan letaknya yang strategis dalam aktivitas
pelayaran dan perdagangan pada masa itu.
b.
Kehidupan politik
Iskandar syah pada awal abad ke-15 M,
terjadi perang saudara di kerajaan majapahit. Perang itu dikenal dengan sebutan
perang paregred. Dalam peperangan tersebut, seorang pangeran Kerajaan Majapahit
yang bernama paramisora diiringi para pengikutnya melarikan diri dari daerah
Blambangan ke Tumasik (singapura).
Daerah Tumasik dianggap kurang aman
dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan. Daerah tersebut menjadi sarang dan
tempat persembunyian para bajak laut. Karena itu, paramisora beserta
pengikutnya melanjutkan perjalanannya ke arah utara sampai di Semenanjung
Malaya.
Di daerah itu,
Paramisora membangun sebuah kampung bersama para pengikutnya dengan dibantu
oleh para petani dan nelayan setempat. Perkampungan itu diberi nama Malaka.
Daerah perkampungan yang baru dibangun itu mengalami perkembangan yang cukup
pesat karena letaknya yang strategis, yaitu di tepi jalur pelayaran dan perdagangan
Malaka.
Dalam dunia perdagangan,
malaka berkembang sebagai penghubung
antara dunia barat dan dunia timur. Perkembangan yang sangat pesat itu
mendorong Paramisora untuk membangun sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
Malaka. Ia langsung menjadi rajanya.
Aktivitas perdagangan di
selat malaka pada waktu itu di dominasi oleh pedagang islam. Mereka hanya
melakukan aktivitas perdagangan pada bandar-bandar perdagangan islam. Untuk
itu, Paramisora memutuskan menganut islam. Ia mengganti namanya menjadi
Iskandar Syah dan menjadikan kerajaan Malaka sebagai kerajaan islam. Untuk
menjaga keamanan kerajaan malaka, Iskandar syah meminta bantuan kepada kaisar
cina dengan menyatakan takluk kepadanya (1405).
Iskandar Syah berhasil
meletakkan dasar-dasar dari kerajaan malaka. Ia mengembangkan malaka menjadi
kerajaan penting di selat malaka. Ia memerintah malaka dari tahun 1396-1414 M.
Muhammad Iskandar Syah setelah Iskandar Syah
meninggal tahta kerajaan malaka dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad
Iskandar Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1414-1424 M. Di bawah
pemerintahannya, wilayah kekusaan Malaka di perluas hingga mencapai seluruh
wilayah Semenanjung Malaka.Untuk memajukan perekonomian, muhammad Iskandar syah
berupaya menjadikan kerajaan malaka sebagai penguasa tunggal jalur perdagangan
dan pelayaran di kerajaan malaka. Untuk mencapai usahanya itu, ia harus dapat
menguasai kerajaan samudera pasai. Namun demikian, menyerang kerajaan samudera
pasai merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, mengingat pasukan perang kerajaan
6
samudera pasai jauh
lebih kuat dibandingkan kerajaan malaka. Oleh karena itu, Muhammad Iskandar
Syah memilih jalan melalui perkawinan politik dengan cara menikahi putri
Kerajaan Samudera Pasai. Melalui perkawinannya dengan putri kerajaan samudera pasai
ini, muhammad iskandar syah berhasil mencapai cita-cita menguasai selat malaka.
Di bawah pemerintahannya, pelayaran perdagangan di selat malaka semakin ramai.
Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kerajaan malaka dalam
aktivitas perdagangan.
Mudzafat Syah setelah Mudzafat Syah
berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah dari tahta kerajaan malaka, ia
langsung naik tahta menjadi raja malaka degan bergelar sultan sehingga Mudzafat
syah merupakan raja pertama yang bergelar Sultan.
Mudzafat Syah memerintah
kerajaan malaka dari tahun 1424-1458 M. Pada masa pemerintahannya, terjadi
serangan dari kerajaan siam. Namun, semua serangan itu dapat digagalkan.
Keberhasilan menggagalkan serangan dari kerajaan siam itu menambah pentingnya
kerajaan malaka di selat malaka. Bahkan di bawah pemerintahan Sultan Mudzafat
Syah, kerajaan malaka terus mengadakan perluasan ke daerah-daerah yang berada
di sekitar kerajaan malaka seperti pahang, indragiri, dan kampar.
Setelah sultan Mudzafat
Syah meninggal dunia, tahta kerajaan malaka diwariskan kepada putranya yang
bergelar sultan Mansyur syah.
Sultan Mansyur Syah memerintah malaka dari
tahun 1458-1477 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Malaka mengalami kemajuan
yang sangat pesat dan bahkan mencapai masa kejayaannya sebagai pusat
perdagangan dan pusat penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara.Kejayaan yang dialami malaka ini adalah berkat usaha
dari Sultan Mansyur Syah. Dengan melanjutkan politik ayahnya, yaitu memperluas
wilayah kekuasaanya, baik semenanjung malaya maupun di wilayah sumatera tengah,
seperti daerah kamper yang ditaklukan dan dijadikan daerah jajahan, sehingga
siam berhasil dikuasai. Dalam suatu pertempuran raja siam tewas, sedangkan
putra mahkotaanya ditawan dan dibawa ke malaka, selanjutnya dikawinkan dengan
putri sultan sendiri dan diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri
mengakui kekuasaan malaka.Walaupun kerajaan malaka semakin bertambah maju,
tetapi kerajaan samudera pasai tidak diserangnya. Jambi dan palembang yang
dilindungi oleh kerajaan majapahit, terpaksa dihormati oleh kerajaan malaka.
Kerajaan Batak, Aru (haru) tetap sebagai kerajaan merdeka dan menjalin hubungan
baik dengan Kerajaan Malaka.Pada masa pemerintahan sultan mansyur syah, hidup
seorang laksamana itu bernama itu Hang Tuah. Hang Tuah berjasa besar dalam
mengembangkan Kerajaan Malaka. Informasi ini didapat dari sebuah cerita rakyat
yang dikenal dengan nama HIKAYAT HANG TUAH. Kebesaran Hang Tuah sering
disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
Sultan Alauddin Syah pengganti sultan
mansyur syah. Ia memerintah malaka dari tahun 1477-1488 M dan mewarisi wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka yang cukup luas. Perkembangan ekonomi kerajaan tetap
stabil pada awal masa pemerintahannya. Namun,
7
karena sultan Alauddin
Syah tidak secakap sultan mansyur syah (ayahnya), maka kekuasaan kerajaan malaka
mulai mengalami kemerosotan. Daerah-daerah yang dulu ditaklukan oleh mansyur
syah, satu persatu melepaskan diri dari kerajaan malaka. Setelah ia meninggal,
tahta kerajaan malaka digantikan oleh putranya yang bergelar sultan mansyur
syah.
Sultan Mahmud syah memerintah malaka dari
tahun 1488-1511 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan malaka merupakan kerajaan
yang sangat lemah. Daerah kekuasaannya meliputi sebagian kecil semenanjung
malaya. Keadaan ini menambah suramnya kerajaan malaka pada masa kekuasanya
muncul ekspedisi bangsa portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque dan
berusaha merebut kerajaan malaka. Akhirnya pada tahun 1511 kerajaan malaka
jatuh ke tangan bangsa portugis.
c.
Kehidupan Ekonomi
Peranan kerajaan malaka
sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya
perdagangan yang berpusat di ibulota kerajaan tersebut. Kapal-kapal dari
indonesia bagian timur membongkasauh di pelabuhan malaka, demikian pula
kapal-kapal dari negeri cina sedangkan kapal-kapal dari india maupun
negara-negara arab datang dan arah utara untuk membeli dan mengangkut barang
dagangan ke negerinya atau diteruskan ke eropa melalui pelabuhan Venesia.
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar,
yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun
pejbat-pejabat memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat
menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting
dari kerajaan malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan
pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Dalam undang-undang itu
ditentukan syarat-syarat sebuah kapal untuk berlayar, nama-nama jabatan serta
tanggung jawab masing-masing saat berlabuhnya suatu kapal untuk berlayar dan
sebagainya.
Untuk mempermudah terjalinnya
komunikasi antarpedagang maka bahasa melayu dijadikan sebagai bahasa perantara
(bahasa melayu disebut juga sebagai bahasa Kwu-Iun).
d.
Kehidupan sosial
Kehidupan sosial
masyarakat kerajaan malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan
wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, sudah jelas
hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung
mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok-kelompok dalam masyarakat pun
bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan. Perbedaan kedua
golongan ini sangat nyata dalam masyarakat, karena golongan majikan dapat
melaksanakan perintah sesuai dengan kehendaknya.
e.
Kehidupan budaya
8
Kehidupan budaya di
kerajaan malaka tidak banyak diketahui. Namun dari perkembangan seni sastra
melayu muncul beberapa hasil karya sastra yang menggambarkan kepahlawanan dan
keperkasaan tokoh-tokoh pendamping kerajaan malaka dalam melaksanakan roda
pemerintahannya. Tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pahlawan dari kerajaan
malaka pada masa kejayaannya adalah Hang Tuah, Hang Lekir, dan Hang Jebat.
4.KERAJAAN ACEH
a. letak kerajaan
kerajaan Aceh berkembang
sebagai kerajaan islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan sultan
iskandar muda. Perkembangan pesat yang dicapai kerajaan Aceh tidak lepas dari
letak kerajaannya yang strategis, yaitu di pulau Sumatera bagian utara dan
dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya
aktivitas pelayaran dan perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan kerajaan
aceh, mempengaruhi perkembangan kehidupan kerajaan aceh dalam segala bidang,
aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
b.kehidupa politik
Mengenai kapan
berdirinya kerajaan aceh, tidak dapat di ketahui dngan pasti. Namun berdasarkan
Bustanussalatin (1637 M) karangan
Nuruddin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh, dan berdasarkan
berita-berita orang eropa, diketahui bahwa kerajaan Aceh telah berhasil
membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir. Raja-raja yang pernah
memerintah kerajaan aceh adalah:
Sultan Ali Mughayat Syah adalah Raja pertama aceh. Ia memerintah aceh tahun
1514-1528 M. Di bawah kekuasaannya, kerajaan aceh melakukan perluasan ke
beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara seperti daerah Daya dan
Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa portugis di Malaka
dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan Salahuddin setelah Sultan Ali Mughayat Syah wafat, pemerintahan
beralih kepada putranya yang bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun
1528-1537 M. Selama menduduki tahta kerajaan aceh, ia ternyata tidak
memperdulikan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami
kemerosotan yang tajam. Oleh karena itu, sultan salahuddin di ganti saudaranya
yang bernama Alauddin Riayat Syah al-kahar.
Sultan Alauddin Riayat Syah al-kahar memerintah aceh dari tahun 1537-1568 M. Setelah berhasil
menduduki tahta kerajaan, ia melaksanakan berbagai bentuk perubahan dan
perbaikan dalam segala bentuk pemerintahan kerajaan aceh. Pada masa
pemerintahannya, kerajaan aceh melakukan perluasan wilayah kekuasaannya seperti
melakukan serangan terhadap kerajaan Malaka (tetapi gagal). Daerah kerajaan Aru
berhasil diduduki. Setelah
9
Sultan Alauddin Riayat Syah al-kahar kerajaan aceh
mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi.
Baru setelah Sultan Iskandar Muda naik tahta kerajaan aceh mengalami
perkembangan sesat.
Sultan Iskandar Muda memerintah aceh dari tahun 1607-1636 M. Di bawah
pemerintahan sultan iskandar muda, kerajaan aceh mengalami kejayaannya.
Kerajaan aceh tumbuh menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas perdagangan islam, bahkan menjadi bandar transito yang
dapat menhubungkan dengan pedagang islam di dunia barat.
Untuk mencapai kebesaran kerajaan aceh, sultan iskandar
muda meneruskan perjuangan aceh dengan melawan portugis dan kerajaan johor di
semenanjung malaya. Tjuannya adalah menguasai jalur perdagangan di daerah selat
malakadan meguasai daerah-daerah penghasil lada. Sultan iskandar muda menolak
permintaan inggris dan belanda untuk membeli lada di pesisir sumatera bagian
barat. Di samping itu, kerajaan aceh melakukan pendudukan terhadap
daerah-daerah seperti Aru, pahang , kedah, perlak dan inderagiri, sehingga di
bawah pemerintahan sultan iskandar muda kerajaan aceh memiliki wilayah
kekuasaan yang sangat luas.
Pada masa kekuasaannya terdapat dua orang ahli tasawuf
yang terkenal di aceh, yaitu syekh syamsuddin bin abdullah as-samatrani dan
syekh ibrahim as-syamsi. Setelah sultan iskandar muda wafat, tahta kerajaan
aceh digantikan oleh menantunya yang bergelar sultan iskandar thani.
Sultan Iskandar Thani memerintah aceh tahun 1636-1641 M.
Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi kekuasaan iskandar muda.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani muncul seorang ulama besar
Nuruddin ar-raniri. Ia menulis buku sejarah berjudul bustanu’salatin. Sebagai
ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat dihormati oleh sultan dan keluarganya
serta oleh rakyat Aceh. Setelah ia wafat, tahta kerajaan dipegang oleh
permaisurinya (putri Iskandar Muda) dengan gelar Putri Sri Alam permaisuri
(1641-1675 M).
c. Kehidupan
ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya
yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan aceh atas daerah-daerah pantai
timur dan barat sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan aceh
terhadap bebrapa daerah di semenanjung malaka menyebabkan bertambahnya bahan
ekspor penting timah dan lada.
Sementara itu, aceh dapat berkuasa atas selat malaka yang
merupakan jalan dagang internasional. Selain bangsa belanda dan inggris, bangsa
asing lainnya seperti arab, persia turki, cina, jepang juga berdagang dengan
aceh.
d. Kehidupan
sosial
11
Meningkatnya kemakmuran telah menybebkan berkembangnya
sistem feodalisme dan ajaran agama islam di aceh. Kaum bangsawan yang memegang
kekuasaan pemerintahan sipil disebut golongan
teuku,sedang kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan teungku. Sayang anatara kedua
golongan masyarakat itusering terjadi persaingan yang kemudia melemahkan aceh.
Sejak berkuasanya perlak (abad ke 12 M sampai abad ke-13 M). Telah terjadi
permusuhan anatara aliran syiah dengan sunnah Wal Jama’ah. Tetapi pada masa
kekuasaan sultan iskandar muda aliran syiah memperoleh perlindungan dan
berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan aceh.
Aliran ini diajarkan oleh Hamsah Fansuri yang diteruskan
oleh muridnya yang bernama syamsuddin Pasai. Sesudah sultan iskandar muda wafat
aliran sunnah wal jama’ah mengembangkan agama islam beraliran sunnah wal
jama’ah, ia juga menulis buku sejarah aceh yang bejudul Bustanussatin (judul
itu berarti taman raja-raja dan berisi adat-adat aceh beserta ajaran agama
islam).
e. Kehidupan
Budaya
Kejayaan yang dialami oleh kerajaan aceh tersebut tidak
banyak diketaahui dalam bidang kebudayaan. Walaupun ada perkembangan dalam
bidang kebudayaan, tetapi tidak seperti perkembangaan dalam aktivitas
perekonomian yang pesat. Peninngalan kebudayaan yang dibangun pada masa
pemerintahan sultan iskandar muda.
SALURAN
ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam masuk ke Indonesia berjalan dengan damai tanpa
paksaan.tetapi kadang-kadang harus di lakukan dengan penaklukan. Hal ini hanya
di lakukan apabila kondisi politik di kerajaan-kerajaan dalam kekacauan akibat
dari perebutan kekuasaan.
Pada umumnya agama islam masuk ke Indonesia dengan
cara-cara sebagai berikut.
1. Perdagangan
Pada abad 7 M sampai abad ke 16 M pedagang-pedagang
muslim dari timur tengah dan India berminat berdagang ke Indonesia. Mereka
membentuk sebuah pemukiman yang disebut pekojan. Mereka juga berinteraksi
dengan penduduk pribumi, sekaligus menyebarkan agama islam.
2. Perkawinan
Para pedagang yang menetap di Indonesia melakukan
pernikahan dengan penduduk-penduduk asli. Ketika akan melakukan pernikahan.
Para wanita pribumi harus masuk islam terlebih dahulu.
3. Pendidikan
13
Pendidikan dilaksanakan di pesantren-pesantren yang
diajari oleh para kyai. para kyai yang mengajar di pesantren biasanya menjadi
penasihat para raja dan bangsawan. Kesempatan itu memberi kesempatan bagi para
kyai untuk menyebarkan agama islam.
4. Tasawuf
Tasawuf mengandung arti ajaran untuk mendekatkan diri
kepada Allah. ketika itu ajaran tasawuf banyak ditemukan dalam hikayat
masyarakat setempat.
5. Kesenian
Peninggalan hasil penyebaran agama islam melalui dunia
seni banyak kita jumpai. Contoh masjid kuno di Demak
14
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebara islam
telah lama berkembang dalam wilayah
kerajaan ataupun dalam wilayah masyarakat biasa. Kerajaan-kerajaan islam yang
ada di sumatera berkembang dengan baik terutama dalam bidang perdagangan.
B. Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat ke
depan, sebagai pelengkap study lain, yang berkaitan dengan judul makalah ini.
15
DAFTAR
PUSTAKA
Badrika, I wayan.
2006. Sejarah Ilmu sosial 2, jakarta. Penerbit Erlangga.
http//:Adisuseno's
Blog
http//:wikipedia
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar