Rabu, 18 Maret 2015

para pionir maritim



MATA KULIAH: ARKEOLOGI MARITIM
Nama: Hikmah
Nim: F61113009
kamis,19 maret 2015
Para Pionir yang berperan dalam Arkeologi Maritim.
1.      A.B. Lapian
Meneliti Sejarah Kawasan Laut Sulawesi dengan fokus pada fenomena perompakan. Di samping ingin mengkaji fenomena perompakan sebagai reaksi lokal atas dominasi kolonial, studi ini juga ingin menggambarkan bagaimana penggunaan istilah perompakan (zeerover) yang digunakan oleh kaum kolonialis ini sangat bias. Ia ingin menunjukkan bahwaaksi perompakan sesungguhnya merupakan reaksi atas perompakan yang dilakukan oleh para kolonialis Barat di Asia Tenggara yang mengakibatkan hancurnya kekuasaan politik dan ekonomi penguasa lokal. Hal yang demikian inilah yang menjadi salah satu tema kajian Lapian dalam desertasinya. Untuk menampik kategorisasi Eropa sentris yang monolitik tentang piracy ia membeberkan adanya tiga kategori berbeda yang seringkali disamaratakan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu Orang Laut, Raja Laut, dan Bajak Laut. Masing-masing tipe dapat dianggap sebagai bajak laut oleh tipe lain. Demikian pula ia dapat menganggap dirinya sebagai raja laut di wilayah kekuasaannya. Dengan demikian bagi mereka sendiri, kegiatan mereka tidak merupakan pelanggaran hukum sebab mereka mengambil hak mereka sendiri. Jadi istilah perompak atau bajak laut  pada saat itu sangat bias. Istilah ini akan cocok jika dipakai oleh suatu pemerintahan yang sudah mapan. Padahal pada waktu itu masing masing kekuatan tersebut, baik yang berasal dari bangsa-bangsa Barat maupun dari berbagai masyarakat lokal, masing-masing melihat sebagai saingannya, termasuk kekuatan kolonial yang dipandang sebagai kekuatan bajak laut yang merampok hak-hak masyarakat lokal. Oleh karena itu ia menawarkan penggunaan unsur kekerasan atau violence sebagai penanda utama aktivitas perompakan. (Sulistiyono, 2014)
2.      Abilawa Setyadi
 Memperoleh pendidikan di College of Oceaneering Wilmington CA – USA, jurusan Commercial Diving Technology and Under Water Welding; San Pedro Skill Center San Pedro CA – USA untuk Electric arc Welding. Tim pengajar Scientifi c diving (Archeology wreck diving search and recovery) Direktorat Pesisir dan Lautan – Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan Direktorat Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil – Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada 2013 sebagai Tenaga Ahli Riset Analisis Kerentanan USAT Liberty Ship Wreck terhadap perubahan lingkungan fisik perairan dan perubahan iklim. (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014).
3.     Anthony Reid
Menulis dua volume buku mengenai Kawasan Asia Tenggara pada ‘Abad Perdagangan’. Pada intinya Reid ingin menyusun total history mengenai Asia Tenggara pada periode puncak kejayaan perdagangan maritim di kawasan ini menjelang kedatangan bangsa-bangsa Barat hingga awal dominasi mereka atas Perairan Asia Tenggara. Dalam volume I, Reid memfokuskan kajiannya pada sejarah aspek-aspek geografis, sosial, dan budaya dengan memberikan deskripsi yang menarik tentang faktor-faktor alamiah dan manusia, kesehatan, budaya material, organisasi sosial, upacara dan hiburan yang membuat Kawasan Asia Tenggara sangat karakteristik jika dibandingkan dengan kawasan di sekitarnya, seperti India, Cina, dan Australia. Sementara itu, Pada volume II, Reid memfokuskan penelitiannya pada dinamika sejarah ekonomi dan perdagangan kota-kota dan daerah-daerah di Kawasan Asia Tenggara menjelang awal kedatangan bangsa-bangsa Barat. Pendek kata, dengan latar belakang kesatuan geografis, alamiah dan manusia, Asia Tenggara, meskipun memiliki kebhinekaan secara internal, menjadi kesatuan yang distinctive dari kawasan di sekitarnya. Laut-laut yang membentang di kawasan Asia Tenggara bukan sebagai pemisah, tetapi sebagai jembatan yang menghubungkan daerah-daerah di kawasan ini. Melalui kegiatan perdagangan, diplomasi, perang, penyebaran agama dan sebagainya akhirnya kesatuan-kesatuan sosial dan etnis yang tersebar di kawasan ini dapat saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian unsur-unsur kesamaan dalam elemen-elemen budaya di Asia Tenggara dapat dipahami dengan baik. (Sulistiyono, 2014)
4.     Bambang Budi Utomo
Bambang Budi Utomo dari Puslitbang Arkenas yang menjadi editor buku Kapal Karam Abad ke-10 di Laut Jawa Utara Cirebon. Turut berpartisipasi dalam pengangkatan kapal tenggelam di Laut Jawa, sekitar 12 mil perairan utara Cirebon, Jawa Barat. (arkeologi bawah air, 2010).
5.     Cheng Ho
Cheng Ho adalah Seorang Kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao Sam Po Bo , berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam. Karena beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal armadanya.
Pelayaran
Peta Kangnido (1402) sebelum Pelayaran Cheng Ho dan diperkirakan ia memiliki informasi geografi detail pada sebagian besar Dunia Lama.
Pelayaran
Waktu
Daerah yang dilewati
Pelayaran ke-1
1405-1407
Pelayaran ke-2
1407-1408
Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon
Pelayaran ke-3
1409-1411
Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur
Pelayaran ke-4
1413-1415
Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar
Pelayaran ke-5
1416-1419
Champa, Pahang, Java, Malacca, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden
Pelayaran ke-6
1421-1422
Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab
Pelayaran ke-7
1430-1433
Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz... (17 politics in total)
Armada
Perbandingan antara kapal Jung Cheng Ho ("kapal harta") (1405) dengan kapal "Santa Maria" Colombus (1492/93). Armada ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.
Sumbangsih terhadap maritim
Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu dia adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat. (wikipedia, 2015)
6.     Didik Pradjoko
 Lulus Sarjana Sastra UI pada tahun 1995, dengan skripsi tentang Sejarah Persuratkabaran dan Majalah di Yogyakarta dan Surakarta tahun 1916-1933. Pada tahun pertengahan 1996 menjadi Asisten Dosen pada Jurusan Sejarah FSUI. Tahun 1996 terpilih sebagai Peneliti Muda (The Young Researcher) Program Toyota Foundation dan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Lulus Program Pascasarjana (S2) Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Sejarah tahun 2003, dengan tesis Sejarah Pelayaran, Perdagangan dan Perebutan Hegemoni Politik dan Ekonomi di Kawasan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur pada abad ke XVII-XIX. Saat ini sedang menempuh program S3 Ilmu Sejarah di FIB UI, sedang meneliti tentang Sejarah Kerajaan Maritim Larantuka Dalam Menghadapi Hegemoni Kolonial Belanda di Kawasan Laut Sawu Abad XIX- Awal XX. (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014)
7.     Dr. Franck Goddio

Arkeolog bawah laut asal Perancis, orang yang pertama kali menemukan kota yang hilang ini ketika melakukan survey didaerah tersebut tatkala mencari sebuah Kapal Perancis yang tenggelam disana dalam pertempuran di Sungai Nil pada abad ke-8. Ia kemudian menemukan kota kuno heracleion yang hilang di mesir. Menurut para peneliti Kota Thonis adalah pelabuhan  yang sangat maju pada zamannya dan  merupakan jantung rute perdagangan utama dari Yunani Ke Mediterania, Mesir. Dr. Damian Robinson, Direktur Pusat Oxford untuk Arkeologi Maritim Universitas Oxford bersama beberapa ahli melakukan penyelaman unuk membuktikan penemuan Dr. Frank Goddio hasilnya ditemukan 64 bangkai kapal yang terkubur bersama-sama koin emas, barang-barang yang terbuat dari perunggu dan batu juga ditemukan 16 kaki raksasa, ratusan patung-patung kecil berbentuk dewa di dasar laut. Juga ditemukan beberapa lempengan batu tertulis dengan bahasa Yunani dan Mesir. (mahessa83, 2014)
8.     Dr Rao
Seorang Arkeolog Kelautan yang terkenal bersama dengan Unit Arkeologi Kelautan (MAU) bersama-sama dengan Institut Oseanografi Nasional dan Survei Arkeologi India , membentuk sebuah tim yang terdiri dari para penyelam-fotografer dan para arkeolog. Teknik survei geofisika dikombinasikan dengan penggunaan gema-suara, penembus lumpur, sub-bottom profiler dan detektor logam di bawah air. Tim ini melakukan ekspedisi arkeologi laut sebanyak 12 kali antara tahun 1983-1992. Artefak dan barang antik yang ditemukan dikirim ke Laboratorium Penelitian Fisik untuk mengetahui usia artefak. Dengan menggunakan termo-luminescence, karbon dating dan teknik ilmiah modern lain, artefak yang ditemukan berasal dari periode antara abad 15 hingga abad ke-18 SM. Dalam karya besarnya, The Lost City Dwaraka, Dr Rao telah memberikan rincian penemuan-penemuan ilmiah dan artefak. (info santri jombang, 2014)
9.     Dinasti song
Kaisar Song Taizu (memerintah 960–976) menyatukan Cina dengan menaklukkan berbagai daerah-daerah kekuasaan semasa pemerintahannya danb mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Di Kaifeng, ia mendirikan pemerintahan pusat yang kuat. Ia menjaga stabilitas administrasi negara dengan mempromosikan sistem ujian pegawai sipil dalam menunjuk pejabat-pejabat birokrat. Selain itu, ia juga memulai berbagai proyek-proyek yang bertujuan menjamin efisiensi komunikasi di seluruh kerajaan. Salah satu proyek tersebut adalah pembuatan peta tiap-tiap provinsi dan kota-kota kerajaan secara mendetail dan kesemuannya dikumpulkan menjadi satu atlas yang besar. Ia juga mendorong inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mendukung berbagai karya-karya ilmiah seperti pembuatan menara jam astronomi yang dibuat oleh insinyur Zhang Sixun. Kaisar Song Taizu (memerintah 960–976) dalam sebuah lukisan potret istana Kerajaan Song memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan Chola di India, Fatimiyah di Mesir, Sriwijaya, Kekhanan Kara-Khanid dari Asia Tengah, dan kerajaan-kerajaan lainnya yang juga menjadi mitra dagang dengan Jepang.
Sumbangsih terhadap kemaritiman (Nautika dan hidrolik)
Pada masa Dinasti Song, teknik hidrolik dan teknologi nautika mengalami kemajuan yang signifikan. Pada abad ke-10, sistem pound lock ditemukan, sehingga permukaan air dapat dinaikkan atau diturunkan untuk bagian terusan tertentu. Hal ini membantu mengamankan lalu lintas terusan. Selain itu, tongkang besar juga dapat lewat.Inovasi kompartemen sekat (bulkhead) kedap air membantu kapal agar tidak tenggelam saat lambungnya rusak. Apabila kapal rusak, orang Tiongkok pada abad ke-11 telah menemukan cara untuk memanfaatkan galangan kering untuk memperbaiki kapal. Di galangan tersebut, palang dimanfaatkan untuk memperkuat kapal. Kemudi yang dipasang di buritan sudah ada semenjak masa Dinasti Han pada abad ke-1. Pada periode Song, orang Tiongkok telah menemukan cara untuk mengangkat dan menurunkan kemudi secara mekanis agar kapal dapat mengarungi perairan dengan berbagai macam kedalaman. Rakyat Song juga menyusun jangkar dalam pola sirkular daripada satu arah saja. David Graff dan Robin Higham menyatakan bahwa cara ini "lebih dapat diandalkan" dalam menjangkarkan kapal.Salah satu inovasi nautika paling penting pada masa Dinasti Song adalah diperkenalkannya kompas magnetik untuk navigasi di laut. Kompas magnetik pertama kali ditulis oleh SShen Kui dalam Esai Kolam Mimpinya pada tahun 1088, dan juga oleh Zhu Yu dalam karyanya Pembicaraan Meja Pingzhou yang diterbitkan pada tahun 1119. (wikipedia, 2015)
10.  Fernand Braudel
Membuat penelitian mengenai kawasan Laut Tengah yang diterbitkan sejak tahun 1959. Karya ini merupakan penanda bagi awal berkembangnya sejarah struktural yang memberi perhatian serius kepada pengaruh aspek geografi kepada kebudayaan dan ekonomi suatu masyarakat. Selain itu karya ini juga dapat ditempatkan sebagai studi kawasan laut sebagai unit sejarah. Demikian juga model sejarah total juga mulai berkembang terinspirasi penelitian ini. Karya ini mencoba untuk mengungkap semua aspek dari kehidupan manusia di kawasan Laut Tengah. Aspek struktural dari dinamika kehidupan manusia berkait erat den gan faktor perubahan geografi dan kebudayaan, sedangkan aspek konjungtural dari gelombang perubahan sejarah manusia berkait erat dengan perubahan ekonomi. Sementara itu aspek event yang berubah secara cepat berkaitan dengan perubahan-perubahan di bidang politik yang sangat cepat dan dinamis. Dalam hal ini, prioritas diberikan kepada aspek-aspek struktural dan konjungtural dalam perkembangan historis yang memberikan pengaruh yang kuat terhadap perubahan-perubahan politik. Braudel mengatakan bahwa laut (dalam hal ini Laut Tengah) merupakan faktor yang mengintegrasikan berbagai elemen sosial budaya dari berbagai kelompok sosial dan etnik yang tinggal di kawasan Laut Tengah. Ia mengatakan: ‘The sea is everything. It provides unity, transport, the means of exchange and intercourse. But it has also been the great divider, the obstacle that had to be overcome’. Dalam hubungan itulah maka sesungguhnya sejarah kawasan Laut Tengah merupakan sejarah interkoneksi di antara berbagai budaya dan masyarakat yang tinggal di seputar Laut Tengah yang mencakup daerah Afrika Utara, Asia Barat, dan Eropa Selatan dan Barat. Selama berabad-abad, Laut Tengah telah berfungsi sebagai jembatan dan saluran bagi terjadinya pertukaran budaya, ekonomi, dan politik yang sangat beragam. Dapat dipahami jika kawasan sekitar Laut Tengah dapat terintegrasikan dengan menggunakan medium laut. Bahkan pada waktu itu Laut Tengah dipandang sebagai common property oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya dengan sebutan mare nostrum. (Sulistiyono, 2014)
11.  Fransisco demaarchi
Penelitian Kapal Caligula dari Kerajaan Romawi di Italia, misalnya, telah dilakukan pada 1535 oleh Francisco Demarchi dengan teknik penyelaman sederhana. (https://arkeologibawahair.wordpress.com/sejarah-aba/ diakses selasa 17 maret 2015 14.26)
12.  George Bass (pencetus istilah arkeologi bawah air/ABA)
Istilah ABA pertama kali dicetuskan oleh George Bass pada pertengahan abad ke-20. Namun sebenarnya pencarian dan penelitian terhadap tinggalan di dasar air telah ada sejak lama.
(https://arkeologibawahair.wordpress.com/sejarah-aba/ diakses selasa 17 maret 2015 pukul 14.010)
13.  Heather Sutherland
Terdapat kecenderungan lain dari para sejarawan maritim untuk menulis sejarah kota pelabuhan dengan segala kompleksitas kehidupan masyarakatnya beserta dengan jaringan pelayaran dan perdagangannya. Sebuah karya sosiologis yang inspiratif mengenai masyarakat di sebuah kota pelabuhan (Makassar) telah ditulis oleh Heather Sutherland. Ia  menggambarkan  bahwa meskipun posisinya agak jauh dari daratan Asia dan penduduknya relatif kecil namun hal itu tidak membuat Makassar menjadi terbelakang. Sebelum dikuasai oleh VOC, ekonomi Makassar mampu mengikuti irama perdagangan dunia, pemerintahannya  selalu  berusaha keras  untuk mendamaikan pengaruh-pengaruh asing yang baru dengan realitas lokal, meskipun kehidupan sosialnya selalu mencerminkan ketegangan dan kekuatan dari  berbagai  etnik yang ada. Walaupun Makassar memiliki letak yang jauh  dengan daratan Asia, namun ia dapat berjaya melalui perdagangannya yang  telah memberi penghidupan pada penduduknya, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh arus barang yang lewat pelabuhan atau sebagai buruh pada saudagar-saudagar yang ada dan bekerja pada pemilik kapal sebagai pelaut. Setelah berhasil menundukkan Makassar, VOC berusaha untuk menghancurkan kemudian membentuk kembali serta menjadikan Makassar sebagai instrumen efektif guna mengejar tujuan-tujuan regionalnya, yaitu menguasai jalur di perairan Asia Tenggara. Namun demikian Belanda tidak mampu untuk membuat perubahan-perubahan secara total atas jaringan perdagangan regional di  kawasan ini. Hal ini berkaitan dengan kenyataan adanya jurang yang tetap lebar antara “Company Town” yang telah diciptakan oleh Belanda dengan  realitas sosial yang ada di Makasar itu sendiri. Hal itu terutama  disebabkan oleh adanya struktur penduduk Makassar yang sangat kompleks  dengan berbagai jaringan hubungan sosial antar-etnik dan kelompok sosial lainnya  yang  rumit. (Sulistiyono, 2014)
14.  Horst H. Liebner
 Menempuh pendidikan Universitas Keulen, banyak melakukan penelitian mengenai Peristilahan Pembuatan Perahu dan Pelayaran dalam Bahasa Konjo, bahasa di Sulawesi Selatan. Semenjak itu keterlibatannya dengan topik-topik kemaritiman di Indonesia semakin intens. Tahun 1994-2001 Ia menjadi Staf Proyek Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Pantai (P3MP), Unhas Makassar. Kemudian bergabung dalam poyek-poyek Departemen Kelautan dan Perikanan RI untuk menjadikan maritim dan kehidupannya menjadi lebih baik. Bukunya mengenai kemaritiman, antara lain Menelusuri Sejarah Perahu Bercadik. (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014)
15.  I Gde Parimartha,
Parimartha juga menunjukkan bahwa jauh sebelum datangnya bangsa-bangsa Barat, kawasan ini telah mampu mengembangkan dunia perdagangan untuk kepentingan kemakmuran mereka dan bahwa mereka juga mampu menjalin hubungan dengan kekuatan luar baik di bidang ekonomi maupun politik. Pada masa pemerintah kolonial Belanda, jaringan perdagangan Nusa Tenggara menjadi semakin luas sejalan dengan jaringan ekonomi global yang dibangun oleh kolonialis Belanda dan penggunaan teknologi mesin dalam alat transportasi laut. Namun demikian perkembangan ini justru menempatkan kekuatan ekonomi pribumi dalam posisi yang marginal apalagi pada akhirnya kekuasaan politik pribumi juga dirampas oleh kekuatan kolonial. Sementara itu para pedagang Belanda dan kelompok Timur Asing semakin mendapatkan posisi yang semakin menguntungkan dalam sistem kolonialisme. (Sulistiyono, 2014)
16.  James F. Waren
Dalam studinya mengenai Sejarah Kawasan Laut Sulu (kawasan laut antara Kalimantan Utara, Laut Sulawesi, dan Filipina Selatan), Waren memfokuskan kajiannya pada respon lokal terhadap proses globalisasi ekonomi perdagangan, terutama antara Inggris dan Cina. Sejak pertengahan ke dua abad ke-18 hingga akhir abad ke-19 perdagangan teh antara Inggris dan Cina berkembang pesat. Namun demikian, Ingris tidak akan banyak mendapatkan komoditas teh dari Cina jika tidak membawa komoditas-komoditas yang sangat diminati oleh masyarakat Cina, yaitu teripang, kerang mutiara, dan sarang burung. Oleh karena permintaan yang tinggi terhadap komoditas-komiditas tersebut maka timbul persoalan kekurangan tenaga kerja. Oleh karena institusi perbudakan bagi masyarakat pribumi masih merupakan hal yang legal, maka permintaan pasar itu dijawab dengan ‘produksi’ budak dalam skala industri. Akibatnya perburuan budak (slave riding) menjadi berkembang hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara. Dalam hal ini, kawasan Sulu merupakan pasar budak yang sangat ramai. Sementara itu Inggris, karena keuntungan-keuntungan ekonomi, seringkali menutup mata atas perkembangan fenomena perbudakan ini. (Sulistiyono, 2014)
17.  Jeff Royal
 Seorang arkeolog dari RPM Nautical Foundation kepada Discovery News bersama dengan Para Arkeolog Amerika dan Albania menemukan sebuah reruntuhan kapal Romawi yang penuh dengan kendi-kendi anggur di lepas pantai Albania. Bertanggal abad ke-1 SM, kapal kargo sepanjang 29,8 meter itu ditemukan di sekitar kedalaman 39,6 meter dekat kota pelabuhan Vlora. Sebagian besar kendi-kendi itu, atau yang disebut Amphora, terbaring rusak di dasar lautan. Sayangnya, kendi-kendi itu kosong karena penyumbatnya hilang. (oala magz, 2012)
18.  Jonatahan Benjamin
Seorang Arkeolog Kelautan dari Flinders University, bersama beberapa arkeolog lainnya menemukan Desa Tua Berusia 7500 Tahun Terendam Di Bawah Laut Haifa, Israel. Desa ini diperkirakan ada pada zaman neolitik. (universe science, 2014)
19.  J.C. van Leur
Pada tahun 1934. Van  Leur mengkaji sejarah perdagangan Nusantara dari  masa awal kedatangan bangsa-bangsa Barat. Ia berpendapat bahwa perdagangan di masa awal lebih  banyak bersifat perdagangan barang-barang mewah. Ketika itu, meskipun volume perdagangan kecil tetapi memiliki nilai jual  yang  tinggi seperti emas, perak, mutiara, porselin, kain, dan sebagainya. Di samping itu juga diperdagangkan komoditi hasil bumi seperti pala, cengkeh, lada, kayu cendana, dan sebagainya. Sudah barang tentu muatan dengan volume yang  kecil  namun berharga ini berhubungan dengan tingkat kemajuan teknologi  perkapalan yang belum begitu sempurna  sehingga ukuran kapal masih relatif kecil dan navigasi yang masih non-mekanik. Aktivitas perdagangan inilah yang mampu menjelaskan proses perkembangan masyarakat Indonesia secara keseluruhan baik di bidang politik, kebudayaan maupun ekonomi karya Van Leur juga menjadi tonggak penting upaya membalikkan perspektif dalam penulisan sejarah Asia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, yaitu dari Eurocentric menuju ke Asian cenrtric point of view Karya van Leur juga memberikan inspirasi kepada para sejarawan untuk meneliti lebih lanjut mengenai perkembangan pelayaran dan perdagangan di Nusantara sebelum datangnya bangsa-bangsa Eropa. (Sulistiyono, 2014)
20.  Leon Battuta Alberti
Pada tahun 1446, Leon Battuta Alberti melakukan penyelaman untuk melakukan penyelamatan terhadap kapal-kapal Romawi yang karam di danau Nemi.  (archaeograpic, 2015).
21.  Luigi Pernie
Phaistos Disc ditemukan di pantai selatan Crete, oleh seorang arkeolog berkebangsaan Italia bernama Luigi Pernie . Pernier berasal dari keluarga kaya Giuseppe, ayahnya adalah seorang tuan tanah kaya keturunan Perancis dan ibunya Agnese Romanini berasal dari keluarga aristokrat. Dia mengikuti Ginnasio Liceo "Ennio Quirino Visconti" sebelum lulus di Universitas Roma pada 1897, dengan Rodolfo Lanciani sebagai atasannya. 
Dia termasuk salah satu spesialis di Scula Archeologia, Roma. Dan memperoleh ijazah pada tahun 1901, setelah menghabiskan study di Missione Archeologica Italiana, Crete. Dari 1902 sampai 1916 ia menjabat sebagai inspektur dari 'Museum Galeri dan Penggalian of Antiquities' di Florence dan telah melakukan penelitian di beberapa situs Italia pusat, pada saat yang sama ia bergabung dengan Missionari Italia ke Crete , dan memimpin penelitian dari 1906 sampai 1909 bersama Halbherr. Pada saat itulah yang Pernier terlibat dalam penemuan Disc Phaistos . Pada 1904 ia menikahi Tonina Falchi, putri Isidoro Falchi , yang telah menemukan tempat Vetulonia .  Pada 1909 ia adalah yang pertama sekaligus sebagai direktur yang mendirikan Sekolah  Arkeologi Athena, Italia. (http://analisa-misteri.blogspot.com/2010/05/x-news-kontroversi-penemuan-artefak-disk.html diakses selasa 17 maret 2015 pukul 19.28)

22.  Melink-Roelofsz
Pada tahun 1962, menerbitkan karyanya yang juga menganalisis perkembangan perdagangan Asia menjelang kedatangan bangsa-bangsa Eropa dan sejauhmana perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa di Asia itu mempunyai pengaruh terhadap kemajuan perdagangan di Asia. Ia menyebutkan bahwa pada waktu bangsa-bangsa Eropa datang di Asia, perdagangan sudah bersifat besar-besaran. Dengan menggunakan dokumen-dokumen baik dari VOC maupun dari Portugis, ia membuktikan bahwa perdagangan Asia pada masa prakolonial bukan hanya perdagangan barang-barang mewah sebagaimana yang dikemukakan oleh van Leur. Beras dan lada juga merupakan komoditas dagang yang penting, sehingga pelayaran dan perdagangan sudah bersifat massive. Dengan demikian hal itu memerlukan kapal muatan yang besar. Ia menunjukkan bahwa kapal-kapal Eropa pada awal kedatangannya di Nusantara sebanding dengan kapal-kapal Asia. Dengan  menggunakan dokumen-dokumen yang lebih lengkap Meilink-Roelofzs melengkapi karya van Leur mengenai sejarah maritim Indonesia.Bahkan ia mengoreksi pendapat van Leur yang mengatakan bahwa  perubahan besar dalam struktur perdagangan di Asia Tenggara baru terjadi dengan datangnya bangsa  Belanda di Indonesia.Namun demikian menurut sumber Portugis yang digunakannya, ia menemukan bahwa perubahan itu sudah terjadi ketika Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511. (Sulistiyono, 2014)
23.  Muhammad Ridwan Alimuddin.
Menempuh Pendidikan di UGM Yogyakarta. Kegiatan utamanya adalah mendokumentasikan kebudayaan maritim nusantara dalam bentuk film, foto dan tulisan. Buku yang ditulis diantaranya Mengapa Kita (Belum) Cinta Laut?, Orang Mandar Orang Laut, Sandeq Perahu Tercepat Nusantara, dan Mandar Nol Kilometer. Terlibat dalam beberapa ekspedisi kemaritiman seperti Ekspedisi Th e Sea Great Journey Mandar – Jepang, Ekspedisi Garis Depan Nusantara Bagian Timur, Ekspedisi Bumi Mandar, beberapa pelayaran ilmiah Pinisi Riset Cinta Laut, dan koordinator tim pelayar perahu sandeq di Festival Maritim Brest 2012 di Perancis. (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014)
24.  O.W. Wolters
Salah satu karya yang spektakuler adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh O.W. Wolters yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Ia menunjukkan bahwa jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, kawasan Nusantara telah mampu mengembangkan dirinya sebagai salah satu pusat perdagangan internasional yang penting di Asia Tenggara. Bahkan sejak abad ke-7 Masehi Sriwijaya yang berpusat di seputar Palembang telah mampu mengontrol perairan di seputar Selat Sunda dan untuk selanjutnya juga kawasan Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang perdagangan internasional antara kawasan barat (India, Timur Tengah, dan sebagainya)  dan kawasan Timur (Cina, Jepang, Korea). Ia juga menunjukkan bagaimana pelayaran dan perdagangan juga telah menjadi saluran bagi hubungan-hubungan antar kelompok etnik bukan hanya di Nusantara tetapi juga di kawasan Asia Tenggara dan bahkan juga melibatkan Asia Selatan. (Sulistiyono, 2014)
25.  Prof. Dr. Gusti Asnan.
Dosen di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Menempuh pendidikan di Univ. Andalas dan Program Doktor di Fachbereich fuer Sozialwisschenschaften Universiteit Bremen (Jerman). Beberapa karya buku yang telah dihasilkan antara lain Penetrasi Lewat Laut: Kapal-kapal Jepang di Indonesia Sebelum Tahun 1942 (2011), Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat Tahun 1950-an (2007), Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera (2007), Demokrasi, Otonomi, dan Gerakan Daerah: Pemikiran Politik Orang Minang Tahun 1950-an (2006), dan Pemerintahan Daerah Sumatera Barat: Dari VOC Hingga Reformasi (2006), Kamus Sejarah Minangkabau (2003). (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014) . Dalam penelitiannya tentang dunia bahari pantai barat Sumatera, Gusti Asnan mencoba untuk menjawab pertanyaan pokok: apa arti kehadiran pemerintah kolonial terhadap dunia bahari di daerah Pantai Barat Sumatera (yang membentang antara Indragiri dan Singkel) pada umumnya dan kegiatan perdagangan pada khususnya. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk menjawab pertanyaan: sejauhmana keterlibatan kelompok-kelompok nonpemerintah kolonial dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran di daerah ini. Ia menyatakan bahwa sebelum datangnya bangsa-bangsa Barat, kawasan ini telah mengalami perkembangan yang signifikan di bidang pelayaran dan perdagangan. Sejalan dengan semakin kuatnya posisi pemerintah kolonial Belanda di kawasan ini, infrastruktur perekonomian khususnya akses jalan ke pedalaman menjadi semakin baik sehingga perdagangan (ekspor dan impor) juga semakin berkembang. Namun demikian kesempatan itu menjadi bahan perebutan di antara berbagai kelompok kekuatan ekonomi baik para pengusaha Belanda sendiri maupun para pengusaha Eropa lain serta para bisnismen Cina. Akibatnya posisi pengusaha pribumi menempati posisi yang marginal. Meskipun demikian ada juga bebeapa pengusaha pribumi yang dapat bertahan dan bahwa mencapai kesusksesan berkat jalinan hubungan baik melalui lobi-lobi dengan para pejabat kolonial. (Sulistiyono, 2014)
26.  Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono.
Menempuh Pendidikan di Universitas Diponegoro Jurusan Sejarah dan mendapatkan Doktor di Universitas Leiden, Belanda. Menulis beberapa buku, antara lain Pemberontakan Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen 1950, “Prahu Shipping around the Java Sea and Its Role in the Interregional Connection during the Late Colonial State of Indonesia, 1900-1942”, dalam: Edi Sedyawati & Susanto Zuhdi (Penyunting), Arung Samudera: Persembahan Memperingati Sembulan Windu A.B. Lapian, hlm. 203-228, Pengantar Sejarah Maritim Indonesia, Simpul-simpul Sejarah Maritim: Dari Pelabuhan ke Pelabuhan Merajut Indonesia, Th e Java Sea Network: Patterns in the Development of Interregional Shipping and Trade in the Process of National Economic Integration in Indonesia, 1870s-1970s, Shipping, Trade, and Economic Integration in Colonial Indonesia, “Dinamika Kemaritiman dan Integrasi Negara Kolonial”, dalam Taufi k Abdullah & A.B. Lapian, Indonesia dalam ArusSejarah, Jilid 4: Kolonisasi dan Perlawanan, hlm. 87 – 125. Kini menjadi guru besar sejarah di Universitas Diponegoro, Semarang. (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014)
27.  Prof. Dr. Sutejo Kuwat Widodo, M.Si.
Menempuh Pendidikan di Universitas Diponegoro – Semarang, Fakultas Sastra, Jurusan Sejarah (S1), 1984, mendapatkan gelar doktor di Universitas Indonesia. Karya tulisanya antara lain: Ekonomi Nelayan di Jawa: Suatu konsep awal (1995). Kajian Awal Terhadap Perkembangan Perikanan Laut Bagansiapi-api Tahun 1940-1990:Suatu studi perkembangan center-pheriphery, (1996), “Teknologi dan Status Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Ujungbatu”, (1994), Teknologi dan Disparitas Sosial Masyarakat Nelayan, (1994), “Th e Direction of Fishery Development in Indonesia and Some Notes of Functional Change of Pekalongan Harbour from Publict to Fishery Harbour, 1940-1980”, (2000); “Pekalongan Harbor: Th e Change from Trade Harbor to Fishery Harbor, during 1940-1990”, (2001); “Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Maritim: Tinjauan Sosial Ekonomi dan Politik”, makalah dipresentasikan pada Semiloka Nasional dan Kemah Riset Budaya Maritim (2006). (BOROBUDUR WRITER AND CULTURAL FESTIVAL, 2014)
28.  Shinatria Adityatama
Kelahiran Yogyakarta, 9 Desember 1987 lulus dari Fakultas Arkeologi pada 2012, ia melalukan penyelaman bersama Tim pusat arkeologi nasional. Dalam penyelamannya selama 3 hari, ia berhasil menemukan Kapal Selam Nazi di Laut Karimunjawa. Dalam kapal itu, ditemukan artefak berupa 2 buah piring dengan lambang Nazi dan merk pabrik yang biasa memproduksi barang untuk keperluan angkatan bersenjata Jerman. (SALIM, 2013)
29.  Singgih Tri Sulistiyono
Sementara itu, dalam penelitian untuk disertasi, Singgih Tri Sulistiyono mencoba untuk melacak pasang-surut perkembangan Jaringan Laut Jawa dalam kaitannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan antardaerah dalam kerangka proses integrasi ekonomi di Indonesia sejak tahun 1870-an hingga tahun 1970-an. Dalam konteks Braudelian, disertasi ini ingin menunjukkan bahwa laut memiliki fungsi integratif dalam konteks negara nasional pada era modern. Bahkan sejak masa akhir pemerintah kolonial, Laut Jawa telah disadari sebagai IndiĆ«’s Middellandsche Zee. Dengan menggunakan Jaringan Laut Jawa sebagai suatu unit analisis, penelitian ini ingin mendeskripsikan bahwa penggambaran yang dikotomis dalam historiografi ekonomi Indonesia yang mempertentangkan Jawa dengan Luar Jawa dapat dihindari. Dalam kaitan ini, Jaringan Laut Jawa telah bertindak sebagai katalisator hubungan-hubungan eknomomi di antara pelabuhan-pelabuhan utama di kepulauan Indonesia yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi bagi pelabuhan-pelabuhan yang lebih kecil di sekitarnya. Oleh karena pelabuhan-pelabuhan utama itu tidak hanya terletak di Java, tetapi juga di Luar Jawa dan bahkan mencakup pelabuhan Singapura, maka hubungan antar pelabuhan-pelabuhan ini telah memprekondisikan suatu proses ketika abad modernisasi dunia pelayaran Indonesia (1870-an-1970-an) menyaksikan Jaringan Laut Jawa berfungsi sebagai fondasi bagi pencapaian integrasi ekonomi dan politik sejak jaman kolonial Belanda hingga masa awal pemerintahan Orde Baru. (Sulistiyono, 2014)
30.  Philip beale
Philip Beale, pensiunan perwira angkatan laut Inggris, terhadap panel-panel relief yang menggambarkan kapal-kapal niaga di Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada tahun 1982. Ada enam buah kapal besar dan empat kapal kecil. Kapal-kapal besar tersebut menggunakan layar dan cadik, sementara kapal yang lebih kecil hanya menggunakan dayung. Philip bepikir kapal inilah yang menjadi jembatan terapung di atas gelombang, penghubung Indonesia dan Afrika pada era awal milenium. Philip pernah bermimpi dapat membuat kembali kapal itu, dan melayarkannya menyeberangi Samudera Hindia. Ketakjuban tersebut berlanjut kepada impian dan impian itu disimpan oleh Philip selama 20 tahun, hingga akhirnya Ia bertemu dengan Nick Burningham, di Italia, pada bulan September 2002. Seorang arkeolog maritim berkebangsaan Australia yang menguasai teknologi kapal tradisional Nusantara. Kajian intensif dari segi teknik dan akademik pun dilakukan oleh mereka berdua untuk mewujudkan impian Philip tersebut. Philip beale seorang yang berwarga negara Inggris yang sangat terobsesi dengan relief perahu yang berada di candi Borobudur pada saat mengunjungi ndonesia pada tahun 1982 . Philip beale kemudian mencoba melayarkan perahu Borobudur tersebut dari Indonesia ke madagaskar lalu diteruskan ke Negara afrika barat bersama tim kerjanya menggunakan kapal Borobudur untuk mencoba kekuatan dari kapal Borobudur tersebut dan ada inilah Negara-negara yang dilewati oleh kapal cadik Borobudur amerika serikat, inggris, iran, afrika selatan, selandia baru, australia bahkan salah seorang produser film untuk bbc juga turut serta sebagai crew kapal borobudur. Dengan cara membuat perahu semirip mungkin dengan aslinya yang ada di relief candik Borobudur, dengan mulai menggambarkan didesain perahu yang berbeda jenisnya,dimulai dari berapa besar ukuran perahu tersebut dan mesin-mesin yang digunakan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan yang digunakan dalam pembuatan perahu tersebut. Philip dan Nick mulai meneliti dengan mengandalkan bekas-bekas peninggalan yang ada .Yang dimana jaman dahulu pelaut yang ada di Nusantara yang bedagang kayu manis hingga kenegara Afriaka dan beberapa Negara lainnya.dengan demikian Philip dan nick memperkirakan jarak yang ditempuh, bawaan yang dibawa oleh para pelaut dahulu,dengan demikian mereka dapat memprediksikan apa yang mereka butuhkan dalam pembuatan perahu cadik Borobudur. Setelah sudah mendesigen dimensi perahu tersebut, namun para peneliti perahu masih merasa bingung dengan kapal Borobudur dikarena kapal tersebut memiliki cadik berapa dan mereka bingung dengan pembuatan perahu cadik berapa yang dibuat dalam pembuatan cadik . mengingat relief candi itu hanya memperlihatkan perahu dari satu sisi Lalu para tokoh tersebut belajar mengetahui itu semu dari perahu-perahu tradisional yang ada disekitar nusantara. Lalu setelah mengerti mereka menyimpulkan kapal tersebut memiliki cadik ganda , dikatakan ganda Karena kapal dilihat kalau bercandik tunggal biasanya memerlukan awak sebagai penyeimbangan,maka dengan pola pikir bila kapal berjalan jauh tidak mungkin hanya memiliki satu cadik , maka dengan itu menyimpulkan bahwa perahu memiliki cadik yang ganda.setela ukuran cadik juga sempat jadi kebimbangan karena kebanyakan kapal memiliki cadik paling tidak sama panjang dengan badan perahu cadik Borobudur .di gambaran relief candi Borobudur cadik yang ada di kapal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran badan perahunya itu sendiri. (sri syarifah khusnul khotimah, 2013)
31.  Yoshiyuki Yamamoto
Seorang warga negara Jepang yang ikut menjadi Expedition Leader (Ekspedisi Kapal) Spirit of Majapahit pada tahun 2010, ia berhasil merekonstruksikan Kapal Borobudur pada tahun 1992 lalu ia langsung melayarkan kapalnya kenegaranya. Setelah ia membawa berlayar kapal Borobudur ke negaranya Yoshiyuki Yamamoto menyimpan kapal tersebut untuk dibudidayakan didenagaranya ia menyimpannya kedalam museum maritim Osaka di Jepang. Pada saat itu Bangsa Indonesia dikejutkan dengan kehadirannya di Japan Majapahit Association yang tertarik dalam meneliti tentang peninggalan jaman kekaisaran pada masa Kerajaan Majapahit. (wetland archaeology, 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar