Jumat, 13 Maret 2015

Minggu 2 februari 2014

Terimah kasih atas hidup yang telah tuhan berikan kepada saya, terimah kasih untuk segalanya, walaupun kadang aku merasa hidup itu cukup tidak adil.
 Hidup itu memang pahit, pahit jika segalanya kita lakukan dengan keterpaksaan, terpaksa menjalani takdir.  Segala yang terjadi terhadap ku, semuanya pasti rencana baik tuhan. Tidak ada yang mudah dalam hidup jadi  tidak salah jika seseorang  rela berbuat apapun agar tetap bisa bernafas.
Sekarang saya telah cukup dewasa untuk hidup sendiri dan bersaing di tengah dunia dan orang-orang modern. saya bodoh, saya tidak punya apa-apa untuk di banggakan, saya orang miskin. Tapi saya punya keyakinan dan saya punya kepercayaan, kalau tuhan ada dan menggengam tangan saya dalam situasi apapun, saya percaya tuhan tidak akan berhianat seperti manusia.
Bertahan sampai sekarang bukan hal mudah, saya berjuang melewati segalanya. Jatuh dan bangkit. Namun ada satu hal yang dulu sangat sulit saya lewati yaitu terjatuh oleh cinta. Saya hampir terpuruk karenanya.
Ini adalah kisah cinta saya , cinta terhadap seseorang yang tidak pernah mengerti. Cinta terhadap seseorang  yang membuat saya  hancur. Cinta terhadap seseorang yang  membuat saya lupa dengan diri saya sendiri . seandainya takdir itu dapat kita ketahui, mungkin saya memilih untuk tidak menjalani takdir ini. Namun mungkin hidup tanpa kesulitan itu tidak memberi kita pengalaman hidup untuk diingat saat kita berdiri didepan ribuan orang.
Hidup adalah pilihan, setiap jalan yang kita lalui, adalah pilihan, bahagia atau pun sulit semuanya tergantung dengan pilihan kita. Dan saya memilih untuk melupakannya.
Saya mengenalnya cukup lama , kami satu sekolah saat di SMP, dia senior saya. Dan perasaan saya pun sudah lama ada, bisa di bilang saya diam-diam menyukainya. Namun saya tidak pernah berani menegurnya apalagi untuk mengungkapkan perasaan ke dia.  Suatu ketika saya berangkat ke sekolah, setiap pagi saya selalu menunggu angkot untuk berangkat kesekolah, namun angkot tidak ada muncul-muncul. Saya mulai cemas, jam menunjukkan pukul 7.20 hanya tersisa waktu 40 menit sebelum waktu masuk . inilah salah satu rencana Tuhan. Dia lewat, saya berharap dia singgah, dan yahh??? Dia singgah. Untuk pertama kalinya saya bisa dekat dengan dia. Ini adalah kebahagian pertama bersamanya. Diatas motor kami tetap bungkam, dengan sedikit keberanian saya mulai membuka pembicaraan. Awal dari kebahagiaan dan awal sebuah kebimbangan hati. seiring waktu berlalu kami mulai akrab, hampir tiap hari kami berangkat dan bahkan pulang sekolah dia selalu menunggu saya. Dia juga selalu memberi perhatian lebih kepada saya, kami pun biasa menghabiskan waktu libur berdua. Mungkin akibat kedekatan itu,  disekolah mulai menyebar desas-desus kalau kami memiliki hubungan spesial. Di dalam hati saya sedikit muncul kebahagian, betapa tidak, walaupun cuman desas-desus “saya dan dia” itu adalah kebahagian walaupun ejekan. Saya rasa dia juga mungkin bahagia karena hal ini. Saya mulai tersadar apa yang kita inginkan, tidak selalu  sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Saya heran, dia mulai berubah, dia mulai cuek dan selalu menghindar jika berpapasan dengan saya. Tapi apa maksud semuanya selama ini ???
Saya juga berusaha menjauh darinya. Saya berusaha melupakannya. Akhirnya saya tahu mengapa ia berubah. Ternyata dia dekat dengan orang lain. Setelah seminggu menjauhi saya, dia akhirnya jadian. Sudah pasti rasanya seperti apa sakit yang saya rasa. Dia memberi mu madu namun dalam madu itu ada racun. Dia mengangkat  mu di hatinya namun karena sesuatu hal yang mungkin tidak ada di dalam dirimu, lalu dia menurunkan mu. Dia menggenggam mu namun melepas mu kembali.
Saya mencoba menahan perasaan saya. Dan inilah sakit hati pertama darinya. Saya terus berusaha melupakannya,  semuanya tidak hilang begitu saja. Masih tetap ada ruang untuknya, karena saya yakin walaupun hari ini dia belum bisa menyukai saya, saya percaya entah esok, lusa, ataukah beberapa tahun kedepan, dia bisa menyukai saya.
Sakit hati. wanita sangat susah untuk melewatkan hal ini dan untuk melaluinya mereka mencari pelampiasan untuk mengeluarkan segala sakit yang ada dihati mereka. dan itu juga jalan yang saya lakukan untuk menghilangkan penat di hati. saya menjalin hubungan dengan teman masa kecil saya, sejujurnya saya juga pernah menaruh perasaan ke dia tapi itu sudah lama. Hampir setahun saya menjalin hubungan dengannya. Putus  nyambung itulah yang terjadi dengan hubungan kami, namun rasa sayang saya mulai tumbuh. Tingkat kecemburuan saya sangat tinggi, karena beda sekolah rasa cembru itu sangat tajam. Dan juga banyak yang tidak setuju dengan hubungan kami terutama keluarganya, akhirnya hubungan kami hancur. Semuanya juga percuma jika tetap dilanjutkan tohh keluarganya tidak setuju. Setelah  hubungan ini berakhir saya mencoba menyendiri, mungkin ini cara yang lebih baik.
Tidak terasa sudah lama juga tidak ada kabar dari dia. Hingga ketika saat kelulusan SMP, saya dengar  ia memustuskan untuk kembali ke kampung orangtuanya untuk melanjutkan sekolahnya. saya sangat mengingat kata terakhir sebelum ia pergi, dia mengirim pesan singkat. “sebelumnya saya minta maaf, telah mengecewakan anda, lewat pesan ini saya mengatakan sejujurnya, saya meyukai anda, namun ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya, kita masih anak -anak, masih banyak yang perlu kita raih, kita masih perlu belajar tentang apa itu “suka” dan apa itu “cinta”. Cukup anda tahu perasaan saya dan semoga perasaan anda seperti perasaan saya. saya janji suatu saat saya akan kembali mengungkapkan cinta sebenarnya. Saya pamit lewat pesan ini. Saya tidak akan melupakan anda dan saya harap anda juga tidak melupakan saya.”
Setelah membacanya, saya begitu terpukul. Saya mencoba menahan air mata saya. Mencoba tegar. Perasaan memag tidak bisa di bohongi dan ini adalah cinta nyata yang timbul di hati saya. Saya akan menunggu anda.
setelah ia pindah saya tidak pernah lagi mendengar tentangnya . saya masih tetap berharap bahkan saya selalu menunggunya. Jika liburan tiba saya selalu mencari kabar, apakah dia  datang atau tidak namun ia benar-benar tdak penah muncul. Mungkin dia sudah melupakan saya.
Seiring waktu berlalu dan kejenuhan mulai menjalar. Dia tidak pernah lagi muncul di fikiran saya. Saya kembali mulai mejalani hidup,  hampa,  namun tetap nikmat dijalani. Saya mencoba kembali seperti dahulu, tanpa cinta, tanpa beban, tanpa kesedihan yang ada hanya kesendirian.
3 tahun berlalu, saya duduk di kelas 2 SMA. Saya masih tetap menikmati kesendirian, mungkin karena masih trauma dan ketakutan atau karena hati saya tetap ingin menunggunya. Dan hampir 3 tahun  juga belum ada kabar darinya. Dalam fikiran saya, dia pasti telah menikmati hidup dan cinta yang lebih indah disana.
Sebelum masa SMA berakhir, saya kembali menjalani hubungan dengan seseorang. Lucunya kisah kami bermula hanya karena salam. Sebenarnya saya memang sudah lama suka, karena dia tipe orang yang cuek sama cewek, inilah yang membuat dia istimewa. Setiap jam sholat, saya selalu pura-pura lewat didepan kelasnya, hanya agar dapat melihatnya. dia pemalu, ketika tahu ada cewek yang mendekatinya dia selalu lari menghindar, dan sekali lagi ini yang membuatnya istimewa. Karena melihat tingkahnya begitu, saya lalu mencoba menitip salam ke dia lewat pacar temanya. Tak pernah terfikirkan, ternyata dia juga menyukai saya, saya senang, perasaan saya tidak bertepuk sebelah. Beberapa hari setelah titip salam itu, tengah malam, dia menghubungi saya, kamipun berbincang-bincang, tiba-tiba dia mengatakan perasaannya ke saya. Saya kaget, saya sempat berfikir kalau mungkin dia mau menjebak saya. Malam itu saya tidak memberinya jawaban, saya minta bukti, memintanya datang ke masjid sekolah saat jam istrahat. Yahh ini adalah anugrah, ketika keputus asaan mendera, Tuhan selalu mengirim malaikat, membawakan kita setumpuk kebahagiaan.  Tuhan selalu menyiapkan kebahagian namun manusia tidak pernah tahu menikmatinya, saat bahagia, manusia selalu amnesia, manusia selalu lupa bahwa Tuhan adalah sutradara hidupnya.
Kisah hari ini selesai, hari ini berubah menjadi hari kemarin. Hari kemarin tergantikan menjadi hari ini lagi.  Bel sekolah berbunyi, saya kemudian berlari menggenggam tangan teman saya, berlari menuju masjid. Sesampai di masjid saya lalu memantau halaman samping kiri-kanan, depan belakang. Dan terakhir dalam masjid. Saya melihatnya, ternyata dia benar-benar serius. Saya akhirnya kembali berlayar dalam kisahnya.
Hari ini 4 april 2014, hampir setahun saya kuliah di makassar. Sebuah kota besar, di mana kapan dan dimana saja dapat menghancurkan pribadi seseorang dengan singkat .  saya berhasil masuk di salah satu universitas besar. Sebuah kampus yang saya harap bias mengantarkan saya pada sebuah jalan menuju impian-impian saya terdahulu. Waktu terus berjalan, seperti aliran sungai yang tak pernah putus. Saya telah menjadi seorang mahasiswa namun saya rasa tidak ada yang berubah dalam hidup saya hanya saja mungkin status saya yang bukan lagi siswa. Tidak terasa pula hampir setahun saya menjalani hubungan dengan teman SMA saya, hubungan kami berjalan begitu tenang, tidak pernah ada pertengkaran, semua yang saya inginkan selalu saja dia penuhi. Kembali memutar waktu, dia tidak lanjut kuliah, dia sangat tidak tertarik dengan dunia perkuliahan baginya hanya membuang waktu saja, namun dia berencana mencoba tes polisi. Pada awal semester pertama, kami sama-sama berjuang mencari jati diri, saya kuliah dan dia tes polisi. Meski sama-sama sibuk, saya selalu mencoba meluangkan waktu menemaninya. Mungkin belum ada rezki Allah untuknya, dia gagal tes akhir. Saya lihat dia begitu kecewa, saya mencoba memberinya support, meyakinkannya bahwa gagal itu biasa, terus saja mencoba. Dia berusaha tegar menerimanya, akhirnya pada malam itu juga dia berkemas untuk kembali ke kampungnya, dia mencoba iklas, dan dia selalu saja sperti ini, diam, sabar, mencoba menutupi semua kekecewaannya terhadap sesuatu. Inilah yang selalu membuat saya kagum dengannya. Sebelum kembali, dia mengajak saya membeli sebuah boneka, dia mengantarkan saya ke toko boneka, lalu membiarkan saya memilih-memilih, dengan senang hati saya mencari-mencari yang terbaik. Saya lalu tertarik dengan sebuah boneka bulat, besar, tidak mempunyai tangan dan kaki, hanya sepasang mata, yang menunjukkan ekspresi marah, dan bibir yang runcing berwarna kuning, yahh itulah angry birds kartun favorit saya. Setelah menentukan pilihan, dia lalu membayarnya, mengantarkan saya kembali ke kos, di jalan dia berkata “maaf cuman bisa belikan kamu ini, maaf janji yang kemarin belum sempat saya tunaikan, tapi saya janji saya akan menepatinya. Saya hanya diam, saya sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dalam hati saya berbisik “ini lebih dari cukup, setidaknya jika nanti kita tidak bisa saling menegur lagi, mungkin benda ini yang akan membuat saya selalu menginat anda, bahwa dahulu ada seseorang yang selalu begitu sabar, tenang pernah menyelip menggenggem hidup saya, dan bahkan benda ini juga yang akan setia terdiam mendengar gerutu saya tentang anda entah itu celoteh rindu saya pada anda”. Saat tiba di depan kos, dia lalu cepat berbalik, saya lihat dia mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk memberikan kata terakhir, sebelum jarak memisahkan kami. Dan sperti biasa pembawaannya yang begitu tenang mencoba mengeluarkan kalimat “jaga diri, ingat orangtua di rumah, jangan banyak gaya’. Huuffff ??? hanya itu yang dia katakan, setelah itu dia berbalik, menarik kencang gas motor, dan menghilang diantara hiruk pikuk jalanan kota. Saya baru tersadar jika dia telah pergi, meninggalkan saya dalam keadaan konyol. Arrrgghh dasar bodoh, kenapa meninggalkan saya tanpa mengizinkan saya untuk menyampaikan apa yang saya rasa. Dalam gelap, angin bertiup lembut, membawa aroma bunga kuburan, dalam diam saya menangis. Apakah kita akan bisa kembali melewati hari seperti kemarin. Saya tahu kita pasti akan kembali bertemu nantinya, tapi apakah saat waktu mengizinkan hal itu, apakah perasaan saya dan kamu akan sehangat seperti hari kemarin dan sampai hari ini atau apakah saat waktu membuka jalan pertemuan kita, kita akan kembali bertemu namun bukan lagi seperti diri kita kemarin dan sampai saat ini, apakah kita akan berubah menjadi seseorang yang berbeda, kembali seperti saat-saat SMA dulu,kita saling kenal namun  tidak saling menegur lagi. Begitu sesak memikirkannya.
Waktu kembali berjalan seperti semula, tidak terasa saya telah sampai di penghujung semester satu, rasanya senang akhirnya akan ada libur panjang, namun saya tidak bisa kembali, banyak urusan kampus yang harus diselesaikan. Padahal rindu semakin menjalar didalam hati. Untung saja belum berbuah hahhaaha. Hampir lupa, hubungan kami masih berlanjut namun akibat hubungan jarak jauh atau tepat LDR’an mulai memberi pengaruh buruk. Komunikasi sudah jarang, spertinya kami sibuk dengan dunia kami masing-masing, saya sibuk kuliah dan dia sibuk membantu usaha orangtuanya. Walaupun komunikasi jarang, diam-diam dia memberikan saya surprise, dia memberanikan diri mendatangi ruamah, bertemu dengan ibu dan memberikan ibu sebuah hp, untuk segera dikirimkan ke saya, katanya hikmah membutuhkan ini. Ibu begitu kagum melihatnya, ibu kagum melihat tingkahnya yang begitu berani. Waktu kembali berjalan lagi, waktu berlalu, meninggalkan saya, seperti ada yang ikut berlalu meninggalkan saya, yahh perasaan saya yang juga ikut berlalu. Hubungan kami mulai hambar, saya kembali tersadar saya tidak mencintai dia, hanya saja perasaan kagum yang begitu luar biasa terhadapnya, dan akibatnya perasaan saya berubah menjadi sebuah kebosanan. Saya berusaha, memaksa perasaan saya untuk menyukainya, namun betul-betul sudah tidak bisa, akhirnya hubungan kami berakhir. Minggu pertama dia tidak pernah menghubungi saya, katanya biarkan saya membuat diri saya percaya jika kita benar-benar berakhir, saya berusaha mengabulkan permintaannya dan mulai saat itu kami tidak pernah berkomunikasi lagi. minggu berikutnya, saya terheran, dia menelpon saya dan dengan suara yang berat, dia mulai berbicara “saya ternyata tidak bisa tanpa anda, saya sudah mencoba namun benar-benar tidak bisa, apakah kita tidak bisa kembali”. Saya terharu mendengarnya, saya berfikir “jika tetap melanjutkan hubungan ini, pastilah akhirnya lebih pahit lagi, dia kan lebih terluka”. Saya berusaha meyakinkannya bahwa pasti dia bisa tanpa saya, tohh dunia ini luas, dan dia berhak bahagia. Setelah itu, dia menutup telpon dan menghilang tanpa jejak dari hidup saya. Kembali tersadar jika hari-hari yang saya lalui, terasa banyak yang hilang, tanpa dia. Dan sampai hari ini dia belum juga bisa menerima keputusan saya, dia selalu menghindar dari saya. Maaf untuk semuanya, saya penghianat dan terimah kasih sudah banyak menulis kisah-kisah lucu, sedih, memalukan dalam  hidup saya. Terimah kasih atas kesetiaannya menemani saya, terimah kasih. Dan satu yang saya perlu katakana , sampai saat ini ibu saya masih terkagum dengan anda, dia selalu menanyakan tentang anda.
Orang selalu berkata bahwa “mungkin kita tidak akan pernah menyadari arti sesorang saat masih ada di samping kita namun setelah ia pergi semuanya baru akan teras, rasa sakit, penyesalan semuanya baru akan terasa”.
Waktu kembali berjalan, saya telah masuk semester 2, setelah semua kejadian itu, dia benar-benar hilang, kabar terakhir yang saya dengar, dia kembali ikut tes polisi, namun ad juga yang bilang dia melanjutkan kuliah di UVRI jurusan pertambangan, tapi ada juga yang bilang jika dia kembali seperti semula, membantu mengerjakan CV orangtuanya. Entahlah yang mana  benar, yang penting saya senang dia masih terus bertahan dan berjuang dalam hidupnya.
Saya cukup cepat melupakannya, mungkin karena kesibukan kampus yang begitu padat. Pada akhirnya saya kembali terjatuh ke masa lalu, kembali pada seseorang yang pernah selalu saya tunggu. Yahhh dia, saya begitu kaget saat dia menghubungi saya, dia menanyakan segalanya,kami kembali akrab kembali. Tidak berapa lama setelah itu, dia menyatakan perasaannya ke saya, saya tidak berfikir lagi, saya langsung saya meresponnya “ya saya menerima anda”. Ini adalah kecerobohan saya, selalu saja bertindak, melakukan sesuatu tanpa berfikir. Setelah saat itu, kamipun sering jalan bersama. Kepercayaan saya terhadap dia mulai memadat, ternyata saya salah kaprah, dia masih seperti dahulu terlalu egois akibatnya hubungan kami hanya berjalan sebentar saja. Saya begitu kecewa, orang yang selalu kita harapkan bisa membuat hal yang lebih baik dalam hidup kita justru orang yang akan mempersulit jalan kita. Hidup ini begitu ironis, selalu saja Tuhan memberi kita pilihan dan jalan yang sulit di tafsirkan oleh akal. Tapi Tuhan penyair dan pengarang kisah yang begitu hebat selalu menciptakan bait-bait puisi yang begitu pasti maknanya dan selalu membuat kisah yang endingnya kadang membuat kita tertusuk hingga pemikiran-pemikiran singkat untuk mengakhiri petualangan kita di dunia segera menjadi jalan terbaik. Manusia adalah mahluk yang begitu mudah mengikrarkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka juga mudah mengingkari semudah saat mereka mengikrarkan sumpah busuk mereka.
Sampai saat ini saya masih saja terkagum dengan diri anda, tapi saya lihat sepertinya anda telah menemukan sebuah dunia baru, dunia yang selalu membuat anda lupa, lupa bahwa dahulu ada seorang wanita yang tidak begitu cantik, tapi juga tidak begitu jelek pernah jatuh bangun mendapatkan anda bahkan sampai menunggu anda begitu lamanya. Sayang saat kita menjadi pemeran dalam kisah ini, kita belum paham dan belum memaknai peran kita masing-masing.
Kamu adalah kisah hidupku, kisah yang memberikan begitu banyak inspirasi hidup, kisah yang pernah mendorongku terus berlari melawan hidup, kisah yang mengajariku menunggu, kisah yang mengajariku melakukan perjuangan hebat yang pada akhirnya hanya meninggalkan keterpurukan. Namun semuanya tidak sia-sia setidaknya banyak hal yang bisa dipelajari dan diperbaiki jika Tuhan izinkan dikisah berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar